1. Pengertian Perang Vietnam
|
Perang Vietnam |
Dua kubu yang saling berperang adalah Republik Vietnam (Vietnam Selatan) yang dipimpin Vo Nguyen Giap dan Republik Demokratik Vietnam (Vietnam Utara). Amerika Serikat, Korea Selatan, Thailand, Australia, Selandia Baru dan Filipina bersekutu dengan Vietnam Selatan, sedangkan Uni Soviet dan Tiongkok mendukung Vietnam Utara yang berideologi komunis.
Perang tersebut berlangsung dari tahun 1955 hingga tahun 1975. Di Vietnam, perang tersebut dinamai ‘perang melawan AS untuk menyelamatkan bangsa’. Jumlah korban yang meninggal diperkirakan lebih dari 280.000 jiwa di pihak Vietnam Selatan dan lebih dari 1.000.000 jiwa di pihak Vietnam Utara.
Perang Vietnam sendiri bisa dibilang Unwanted War, Perang yang Tidak Diinginkan. Kongres yang merasa perlu membendung pengaruh komunis di Asia. Pihak militer sendiri sebenarnya enggan berperang di Vietnam. Berkaca pada hasil Perang Korea tentunya. Mereka harus berperang di "rumah" musuh dengan taktik yang belum pernah dicoba. Bisa dibilang, perang Vietnam merupakan pertama kalinya Amerika merasakan ganasnya perang Gerilya.
2. Jalannya Perang Vietnam
Orang Barat memang sudah lama mengetahui keberadaan Asia Timur termasuk Asia Tenggara. Namun kesadaran mereka baru terbuka pada abad ke-19 tatkala politik kolonialisme mereka mulai menjamah wilayah itu, khususnya oleh Perancis di kawasan yang mereka namakan ‘Indochina’. Namun orang Perancis dikenal amat protektif terhadap wilayah kolonialnya. Mereka tidak man orang lain mengetahui, apalagi mencampuri urusan wilayah jajahannva. Akibatnya, orang Barat lainnya tidak peduli dan tidak banyak tahu mengenai kawasan Asia Tenggara yang dikuasai Perancis.
Oleh karena itu, sewaktu Amerika menjelang berakhirnya Perang Dunia II mulai merasakan kepentingan untuk mengetahui persoalan di Asia Tenggara, khususnya kawasan Indochina, mereka tak tahu apa-apa. Misalnya atlas atau peta wilayah itu pun tidak menunjukkan adanya negeri yang bernama Vietnam. Sebab nama itu disembunyikan di bawah sebutan “French Indochina”, atau Indochina-nya Perancis! Istilah “Indochina” sendiri membingungkan, karena menimbulkan kesan sepertinya sebagai kawasan tambahannya China. Padahal tak ada sangkutan meskipun pada zaman dahulu China pernah menjajah Vietnam.
|
Jenderal Gracey menyambut komandan
French
Expeditionary Corps, Jenderal Leclerc
di Saigon, 5 Oktober 1945
|
Sehingga dalam Konferensi Yalta awal 1945 sewaktu para pemimpin Sekutu merancang masa depan dunia seusai PD II, Presiders AS Franklin D. Roosevelt bertanya kepada pemimpin China Jenderal Besar Chiang Kai-shek, “Apakah Anda menghendaki wilayah Indochina?” Namun Chiang yang paham betul akan sejarah maupun tradisi bangsa di kawasan itu menjawab, “Tidak, kami tidak menginginkannya. Mereka (rakyat Indochina) bukanlah bangsa China. Mereka tidak akan terasimilasi ke dalam bangsa China.” Tetapi meskipun ada jawaban yang sejelas itu, orang Amerika toh masih memerlukan waktu tiga puluhan tahun lagi, termasuk harus melalui kegetiran perang, guna menyadari betapa tepatnya pemahaman Chiang Kai-shek tadi.
Tiadanya perhatian dari para ilmuwan Barat di luar negara Perancis dalam mempelajari Indochina/ Vietnam terbukti dengan baru diterbitkannya buku tentang Vietnam dalam bahasa inggris pertama kalinya pada tahun 1958. Buku tersebut berjudul The Smaller.
Dragon yang ditulis oleh Joseph Buttinger. Sebagai akibat ketidakpedulian dari orang Amerika terhadap Vietnam, namun hal itu harus dibayar mahal sekali oleh Amerika sesudahnya. Karena ketidakpedulian tadi menyebabkan orang Amerika cenderung berpikir bahwa Vietnam hanyalah sebuah “negeri kecil”, sehingga sikap awal mereka adalah menyepelekannya.
Padahal bila dibandingkan dengan Jerman yang merupakan musuh terberat AS dalam dua perang dunia, hampir memiliki luas daerah yang sama dengan Vietnam. Gabungan Vietnam Utara dan Selatan luasnya sekitar 127.000 mil persegi, hanya sedikit di bawah Jerman yang mencapai 137.000 mil persegi. Garis pantai Vietnam pun mencapai 1.400 mil, hampir sama dengan garis pantai Atlantik Amerika antara Miami dengan Boston. Jumlah penduduknya pun melebihi Inggris atau Perancis.
Persepsi AS lainnya yang keliru tentang Vietnam adalah menganggap seolah-olah Vietnam itu “negeri baru” yang masih gampang diotak-atik. Sistem penjajahan Perancis yang tertutup dan sikap tak peduli terhadap Asia dan sejarahnya, membuat orang Amerika tidak memahami atau menyadari bahwa Vietnam adalah salah satu negara yang matang. Jejak sejarahnya yang terekam pun berasal dari tahun 111 sebelum Masehi, atau sekitar 50 tahun sebelum tentara Romawi mendarat di pesisir Inggris. Dalam sejarah awalnya, Vietnam memang lama dikuasai oleh China. Namun tahun 946 memperoleh kemerdekaannya dan menjadi negara berdaulat hingga datangnya kolonialis Perancis pada pertengahan abad ke-19, tepatnya mulai tahun 1884.
|
Ho Chi Minh (lingkaran) bersama tokoh komunis
Rusia. Ho kemudian menjadi tokoh besar komunis di Asia Tenggara dan kemudian
menjadi kunci bagi kemerdekaan komunis Vietnam.
|
Karena lamanya Vietnam dalam kekuasaan orang lain, maka sejak dulu pada bangsa Vietnam terbentuk semacam tradisi kependekaran atau warrior tradition, yang memiliki sikap dan daya juang yang ulet, didasari sikap, nasionalisme yang kuat. Ketidaktahuan Amerika terhadap apa yang melatari Vietnam, baik sejarah, kondisi fisik tanahnya, maupun kultur bangsanya, terbukti berakibat fatal bagi AS seperti ditunjukkan dalam Perang Vietnam.
• Perang Vietnam dan Paham Komunisme
Dengan tercetusnya Perang Korea, Presiden Harry S. Truman meningkatkan bantuan ketentaraan kepada kerajaan Perancis untuk memungkinkan kemenangan Perancis mengatasi pemberontakan oleh Viet Minh. Harry S. Truman mengumumkan "acceleration in the furnishing of military assistance to the forces of France and the Associated States in Indochina" dan mengirim 123 orang pegawai tentara ke Vietnam untuk membantu Perancis dalam perang.
Pada tahun 1951, Presiden Harry S. Truman membuat sumbangan $150 juta untuk membantu membiayai perang Perancis di Vietnam. Presiden Dwight D. Eisenhower menggunakan kuasa Tentara Amerika Serikat untuk membantu pertumbuhan sebuah Negara bukan Komunis di Vietnam Selatan.
Eisenhower sangat risau akan kejayaan pihak Komunis dalam perluasan pengaruhnya di Asia Tenggara. 142,000 orang anggota tentara Amerika Serikat terbunuh di Korea dalam usaha penghadangan Komunisme di Semenanjung Korea. Di Malaya, Eisenhower melihat Tentara Inggris dan anak-anak Malaya bergelut menentang pemberontakan oleh Partai Komunis Malaya. Amerika Serikat melihat ini sebagai bagian dari raencana besar Komunisme untuk berpijak dan menularkan pahamnya ke seluruh pelosok dunia. Eisenhower tidak ingin pengorbanan besar di Korea akan menjadi sia-sia sekiranya Komunisme berhasil menguasai Asia Tenggara. Tetapi Eisenhower menghadapi kesukaran mendapatkan dukungan publik untuk melibatkan diri dalam satu lagi peperangan selepas Perang Korea.
Dwight D. Eisenhower menggunakan pasukan-pasukan kecil "penasihat tentara" yang disebut Kumpulan Bantuan Penasihat Tentara (Military Assistance Advisory Group) ataupun MAAG ke Vietnam Selatan untuk membantu Vietnam Selatan menentang Komunisme. Pada 1 November 1955, Dwight D. Eisenhower mengirim rombongan pertama MAAG ke Vietnam Selatan untuk memberikan latihan kepada Tentara Vietnam Selatan (ARVN). Ini merupakan permulaan campur tangan resmi Amerika Serikat di dalam perang Vietnam. Pada 8 Julai, 1958, Charles Ovnand and Dale R. Buis menjadi anggota MAAG pertama terbunuh semasa bertugas di Vietnam.
• Kemerdekaan Vietnam
Selama masa Perang Dunia II, Vietnam seperti negara-negara Asia Tengara lainnya tidak terlepas dari ekspansi Jepang. Pada tahun 1940 Jepang telah berhasil menduduki Tonkin. Pada tanggal 29 juli 1941 tercapai persetujuan antara Jepang dan Prancis. Persetujuan itu ternyata sangat menguntungkan pihak Jepang. Bahkan, pada masa Perang Dunia II Jepang berhasil mengangkat Bao Dai sebagai kepala negara Boneka Jepang di Vietnam.
Sewaktu terjadi pergantian kekuasaan dari Perancis kepada Jepang di Indo-cina pada bulan Mei 1941, kaum komunis Vietnam baru mengadakan kongres yang mengundang wakil-wakil pemuda dan golongan nasionalis Vietnam yang diadakan Chiangsi. Sebagai hasil dari pertemuan ini pada 19 Mei 1941 terbentuklah suatu wadah perjuangan bersama gerakan kemerdekaan Vietnam yang diberi nama Vietnam Doc Lap Dong Minh (Persatuan Perjuangan Vietnam), yang kemudian lebih populer dengan sebutan Vietminth yang dipimpin oleh Ho Chi Minh sebagai bapak nasionalisme Vietnam.
Office of Strategic Services atau OSS (kini CIA) memberikan bantuan ketentaraan kepada Ho Chi Minh. Selepas Perang Dunia II, Amerika Serikat melihat Viet Minh dengan kesangsian, karena pegangan Komunisme Viet Minh. Walaupun demikian, pegawai-pegawai OSS masih ditugaskan untuk tujuan penyelarasan dengan Viet Minh. OSS memberikan bantuan kepada Viet Minh untuk mengurus pengiriman pulang anggota tentara Amerika yang telah menjadi tawanan perang Jepang dan ditahan di Vietnam.
Adapun tujuan Vietnam adalah melenyapkan dominasi Prancis dan kekuasaan Jepang di Vietnam. Hal ini dapat dipandang suatu kemenangan gerakan komunis di Vietnam, karena keberhasilan merebut hati rakyat. Bantuan dan dan kekuatan masyarakat Vietnam inilah yang merupakan faktor terpenting bagi gerakan komunis dalam mengadakan revolusi. Pada tanggal 25 Agustus 1945 Bao Dai yang merupakan raja ciptaan Jepang terpaksa menyerah kekuasaannya kepada Ho Chi Minh. Situasi ini dipergunakan sebaik-baiknya oleh Vietminth dan pada tanggal 25 Agustus 1945 Ho Chi Minh mengumumkan kemerdekaan Vietnam dengan nama Republik Demokrasi Vietnam yang beribu kota di Honai.
• Bibit-bibit konflik
Vietnam yang sudah merdeka dalam jangka waktu lama, memang tak Iuput dari konflik domestik. Artinya acap terjadi persaingan dan perebutan kekuasaan oleh para tokohnya sendiri, sekalipun misalnya sejak tahun 1802 telah berdiri dinasti Nguyen yang cukup kokoh. Dalam masa dengan konflik internal itulah seorang tokoh pelaku dari kawasan selatan, memakai jasa tentara sewaan Perancis. Penggunaan orang asing dalam konflik internal inilah yang ternyata membukakan pintu bagi masuknya kepentingan Perancis di kawasan ini.
|
Vietnam atau Indochina semasa
jajahan Perancis
|
Akhirnya tahun 1884 Vietnam sepenuhnya berada dalam kekuasaan Perancis yang sedang bersaing dengan Inggris serta kekuatan kolonial Eropa lainnya dalam menambah daerah jajahan. Perancis yang mulai bercokol di Vietnam, melebarkan kekuasaannya hingga Laos dan Kamboja. Sedangkan Vietnam sendiri dibaginya menjadi tiga wilayah administrasi, yaitu Cochin China di Vietnam bagian selatan, Annam di tengah, clan Tonkin di utara.
Meskipun Perancis dengan ketat memegang kendali kekuasaan di Indochina, namun bangsa Vietnam tetap bersikap menentang penjajahan asing. Terhadap wilayah Cochin China di selatan yang subur, Perancis memusatkan kepentingannya, baik dengan eksploitasi ekonomi maupun transformasi kultural. Ibukotanya Saigon pun mulai dikenal sebagai “Paris dari Timur”, Paris of the Orient. Sebagai akibatnya, maka di selatan tumbuh elite orang Vietnam sendiri. Kaum borjuis Vietnam yang mengenyam pendidikan di Perancis ini kebanyakan berada di Saigon, dengan kekayaan mereka yang umumnya bersumber dari perniagaan dan selaku tuan tanah.
Lapisan masyarakat ini amat mempengaruhi gerakan nasionalisme Vietnam, yang pada awal abad ke-20 makin berkembang di kalangan bangsa Vietnam yang terdidik. Di satu pihak lapisan ini memiliki naluri nasionalisme yang kuat, bahkan antiasing, xenophobic. Namun di lain pihak mereka pun banyak yang dipengaruhi kultur baru hasil pendidikan modern, sehingga perjuangan mereka adalah reformasi tanpa kekerasan, non-violent reformism. Kalangan Francophile ini misalnya melakukan perjuangan mereka lewat Partai Konstitusionalis, yang menginginkan perubahan politik kolonial Perancis tanpa harus menjadi musuhnya orang Perancis. Sekalipun mereka menghendaki Vietnam yang lebih merdeka, namun mereka pun tetap bersedia menempatkan negara mereka dalam ikatan kuat dengan Uni Perancis.
Tetapi perjuangan kaum moderat tersebut ternyata tidak berhasil, karena penguasa kolonial Perancis tutup mata dan telinga. sehingga lambat laun gerakan ini pun melemah sendiri, dan sekitar tahun 1930-an partai moderat ini pun kehabisan daya. Gagalnya upaya reformasi oleh kaum nasionalis moderat ini menimbulkan reaksi dari lapisan elite Vietnam yang lebih keras, terutama di wilayah tengah clan utara, yaitu di Annam clan Tonkin. Di Hue, Hanoi, dan kota-kota lainnya mulai berkembang gerakan anti kolonial di bawah tanah. Gerakan ini dipelopori kaum revolusioner, yang bertujuan segera mengusir penjajah Perancis dan meraih kemerdekaan nasional.
Dari beberapa kelompok nasionalis-revolusioner tersebut, maka yang paling menonjol adalah Partai Nasionalis Vietnam atau Viet Nam Quoc Dan Dang (VNQDD), yang dibentuk dengan mencontoh model Partai Nasionalis di China yang didirikan Dr Sun Yat-sen. Partai ini melihat bahwa satu-satunya jalan untuk memperoleh kemerdekaan adalah lewat revolusi bersenjata. Karena itu mereka pun diam-diam berusaha menggalang orang Vietnam yang menjadi anggota tentara Perancis. Tahun 1930 mereka mencoba mencetuskan pemberontakan, namun upaya ini gagal dan VNQDD pun tamat sebagai kelompok nasionalis garis keras yang paling menonjol.
Tumbuhnya dua cara pendekatan, moderat dan revolusioner, nantinya tetap akan terlihat setelah PD II berakhir dengan terbentuknya Vietnam Utara dan Vietnam Selatan serta kecenderungan politik masing-masing. Perbedaan inilah yang menumbuhkan bibit-bibit Perang Vietnam yang menjadi tragedi bagi bangsa Vietnam sendiri, maupun untuk AS yang berusaha ikut campur, bahkan melibatkan diri sepenuhnya dalam perangnya.
• Ho Chi Minh muncul
Sejarah modern Vietnam tidaklah mungkin lepas dari ketokohan seorang pemimpin yang hidupnya sederhana namun penuh semangat dan kemampuan luar biasa bagi pemerdekaan Vietnam. Bahkan dia pula yang mempersatukan Vietnam kembali sebagai satu negara utuh. Sewaktu perjuangan kaum nasionalis Vietnam baik yang moderat maupun bergaris keras sama.sama mengalami kegagalan, maka muncul seorang anak mucla bernama Ho Chi Minh. Pemuda ini dilahirkan tahun 1890 dengan nama Nguyen Sinh Cung. Sejak mula dia telah tergerak hatinya untuk berjuang bagi kemerdekaan bangsanya.
|
Ho Chi Min saat berada di Perancis
dalam rangka
memperjuangkan negara
Vietnam merdeka. Ho disambut oleh Menlu Perancis
Marius
Mouted (kanan)
|
Sewaktu berada di Paris pada saat PD I meletus pemuda ini berkenalan dengan ideologi Marxisme yang kala itu masih baru. Dia pun tertarik dan aktif dalam pergerakan kaum komunis, bahkan ikut mendirikan Partai Komunis Perancis. Selanjutnya dia ke Moskow dan aktif dalam gerakan komunis internasional (Comintern). Tahun 1930 di Hong Kong ia mendirikan Partai Komunis Vietnam. Dalam semua kegiatannya, Ho Chi Minh selalu menekankan tujuan pemerdekaan Vietnam. Sekalipun dia seorang komunis, namun Ho menyatakan pertama-tama dirinya adalah seorang patriot dan nasionalis. Dan hat itu dia buktikan dalam perjuangan hingga akhir hayatnya.
Ketika PD II merambah Asia Pasifik dan Jepang menguasai Indochina namun tetap membolehkan pemerintahan kolonial Perancis menjadi administrator bonekanya, maka perjuangan Ho kian memperoleh dukungan rakyat. Bersama rekannya yang mantan guru sejarah, Vo Nguyen Giap, diam-diam Ho membangun tentara perjuangan yang dinamakan Viet Minh. Sewaktu Jepang menyerah 15 Agustus 1945, maka Ho clan tentaranya dengan cepat masuk ke Hanoi. Pada 2 September dia memproklarnasikan kemerdekaan Vietnam. AS yang baru mengalahkan Jepang, menyambut baik proklamasi tersebut dengan mengutus sejumlah perwira untuk menghadiri upacara tersebut. Sejumlah pesawat Amerika juga melakukan terbang lintas menghormati proklamasi ini.
Namun hubungan manis itu ternyata tidak berjalan lama. Ho Chi Minh semula memang berharap AS membantunya melakukan koalisi terhadap negerinya yang baru merdeka. Harapan Ho bukanlah tanpa dasar. Karena dia tahu bahwa Washington tidak begitu menyukai Perancis yang merupakan lambang PD II, sekaligus pemimpinnya selama perang, Jenderal Charles de Gaulle, juga dinilai arogan. Tetapi karena kala itu orang Amerika masih tidak peduli dan tidak mengenal negeri yang disebut Vietnam, maka Washington pun melakukan kekeliruan fatal dalam politiknya. Kekeliruan yang sangat tragis, baik bagi bangsa Vietnam maupun nantinya untuk AS sendiri.
Saat itu Washinton dan para pejabat AS malah sibuk menyiapkan kembalinya bekas kekuasaan kolonial Perancis ke Indochina. Rupanya pemimpin baru Amerika, Presiden Harry Truman berbeda dengan mendiang Presiden Roosevelt yang kurang menyukai politik kolonial negara-negara Eropa. Truman yang tak memahami kawasan Asia Tenggara dan karena memang tidak tertarik, mengizinkan Perancis balik ke Indochina dengan alasan demi hubungan baik guna menghadapi keadaan baru pasca perang. Karena itu tak heran apabila AS juga tak keberatan sewaktu Inggris dan Belanda ingin menguasai kembali bekas wilayah jajahannya.
|
Kekalahan Perancis di Dien Bien Phu membuat
seluruh warga Perancis di Vietnam harus angkat kaki. Suasana kalut pun terjadi
ketika proses eksodus mulai dilaksanakan
|
Tentara Inggris bersama dengan pasukan Perancis mendarat di Indochina dengan tujuan untuk melucuti pasukan Jepang,. Bahkan Inggris membantu Perancis berkuasa lagi di berbagai wilayah di Indochina. Suatu keadaan yang mirip terjadi di Indonesia kala itu. Posisi Ho yang belum kuat, membuatnya tak berdaya menahan tekanan Perancis. Dia terpaksa membolehkan pasukan Perancis masuk ke Vietnam bagian utara guna menggantikan tentara China nasionalis yang juga ditugaskan melucuti Jepang. Dari sinilah niat Perancis untuk menguasai kembali Vietnam dan wilayah Indochina lainnya semakin jelas kelihatan!
• Perang Indochina 1946-1954 (Perang Pengantar Terjadinya Perang Vietnam)
Melihat maksud Perancis tersebut, Ho Chi Minh yang posisinya belum kuat memilih cara perundingan untuk mengelak ancaman terhadap kemerdekaan yang baru diproklamasikannya.
Dengan tercapailah ‘kesepakatan untuk tidak sepakat’ untuk perundingan Jenewa, maka Ho menyimpulkan bahwa satu-satunya cara mempertahankan kemerdekaan dan kedaulatan Vietnam hanyalah lewat senjata. Situasi ini muncul tatkala dalam bulan November 1946 pecah insiden di kota pelabuhan Haiphong antara pasukan Perancis dengan Viet Minh.
Perancis memanfaatkan momentum ini untuk mengenyahkan Ho Chi Minh. Tentara Perancis segera menguasai ibukota Hanoi dan Ho bersama pasukannya mundur ke pedalaman. Pada 19 Desember Jenderal Vo Nguyen Giap mengumumkan perang perlawanan nasional yang melibatkan seluruh rakyat Vietnam. Untuk memperlemah pelawanan tersebut, Perancis melakukan politik divide et impera, termasuk membenuk pemerintahan boneka yang dipegang oleh Raja Bao Dai. Perancis juga meniupkan bahwa perang ini bukanlah sekadar peperangan kolonial, melainkan sudah merupakan bagian dari Perang Dingin melawan ekspansi komunisme. Sehingga AS pun mulai termakan dengan apa yang ditiuptiupkan Perancis itu.
Dalam perang kolonial ini, Perancis memiliki 100.000 pasukan terlatih dengan persenjataan lengkap, termasuk kekuatan udara dan laut, dipimpin oleh Jenderal Jean de Lattre de Tassigny. Sedangkan Viet Minh yang dibantu rakyat terdiri dari sekitar 150.000 orang dengan persenjataan terbatas, namun mulai memperoleh bantuan dari China. Mirip dengan perang kemerdekaan di Indonesia, maka para pejuang Vietnam lebih menguasai wilayah pedesaan atau pedalaman, Sedangkan tentara Perancis menguasai kota-kota. Saling serang terjadi, namun tidak banyak mengubah keadaan.
• Jatuhnya Dien Bien Phu
Memasuki tahun 1950-an perang ini kian melelahkan dan di Perancis sendiri mulai timbul tuntutan agar tentaranya ditarik dari Indochina. Jenderal de Lattre de Tassigny yang dikenal cerdas dan ulet serta di idolakan pasukannya, terkena kanker dan meninggal. Penggantinya tidak ada yang bisa menggantikannya. Di bidang politik ini, Uni Soviet yang dari awal tidak mengindahkkan Vietnam dan perjuangannya, baru pada tahun 1950 mengakui eksistensi Vietnam. Sedangkan di pihak lain, Perancis melalui panglima barunya Jenderal Henri Navarre berhasil meyakinkan AS untuk rencana peningkatan militernya, termasuk pembangunan benteng di Dien Bien Phu.
|
Kehadiran
pasukan AS di Vietnam ternyata membuat Perang Vietnam makin runyam. Tentara AS
yang kurang paham medan, seperti di Delta Mekong, harus bertempur melawan
tantangan alam Vietnam yang sangat ganas.
|
Benteng tersebut dimaksudkan untuk menangkal infiltrasi pasukan Viet Minh ke Laos yang dikuasai Perancis. Pasukan payung diterjunkan di dataran tersebut dan membangun bentengan yang kuat, termasuk dua lapangan terbang kecil serta gugusan pusat pertahanan yang dijuluki dengan nama wanita, seperti Ann Marie, Beatrice, Claudine, Dominique, Elaine, Gabrielle, dan sebagainya. Hal ini mungkin dimaksudkan untuk mempertinggi moril dan semangat tempur sekitar 16.000 prajurit payung Perancis.
Jika Jenderal Navarre berharap pasukan Viet Minh akan terperangkap dan dihancurkan di lembah Dien Bien Phu, maka sebaliknya Jenderal Giap melihat perbentengan Perancis itu harus dibinasakan dan direbut untuk memperoleh momentum yang menentukan dalam perang Indochina. Karena itu diam-diam Giap mengepung Dien Bien Phu, termasuk mengerahkan kekuatan artilerinya. Bulan Maret 1954 peluru meriam mulai menghujani Dien Bien Phu tanpa terduga oleh Perancis. Mereka pun mulai khawatir tatkala melihat bahwa bantuan pasukan maupun logistik yang mencapai Dien Bien Phu hanya bisa melalui udara. Apalagi ketika Jenderal Giap mulai merapatkan kepungan untuk selanjutnya mengerahkan pasukannya untuk langsung menyerbu.
Opini publik Prancis terus bergerak melawan perang . Ada empat alasan utama untuk ini :
1) Antara 1946 dan 1952 ada sekitar 90.000 tentara Perancis tewas, terluka atau ditangkap.
2) Prancis berusaha untuk membangun ekonomi setelah kehancuran Perang Dunia Kedua . Biaya perang sejauh ini dua kali apa yang telah mereka terima dari perang melawan Amerika Serikat di bawah pimpinan Marshall Plan.
3) Perang telah berlangsung selama tujuh tahun dan masih belum ada tanda-tanda kemenangan Perancis secara pasti.
4) Semua rakyat di Perancis telah mencapai kesimpulan bahwa negara mereka tidak memiliki hak secara moral untuk berada di Vietnam.
Jendral Navarre , komandan Perancis di Vietnam, menyadari bahwa waktu sudah hampir habis dan bahwa ia harus mendapatkan kemenangan cepat atas Vietminh . Dia yakin bahwa jika ia bisa melakukan maneuver maka Jenderal Vo Nguyen Giap terlibat dalam pertempuran skala besar. Pada bulan Desember 1953, Jenderal Navarre membangun kompleks pertahan di Dien Bien Phu , yang akan memblokir rute pasukan Vietminh yang mencoba kembali ke kamp-kamp di negara tetangga Laos . Navarre menduga bahwa dalam upaya untuk membangun kembali rute ke Laos , Jenderal Giap akan dipaksa untuk mengatur serangan besar-besaran terhadap pasukan Perancis di Dien Bien Phu. Hingga pada akhirnya pertempuran sengit dan brutal berkecamuk di Dien Bien Phu.
Sementara persiapan tersebut terjadi, Giap mengumpulkan seluruh anggota Vietminh dari seluruh Vietnam. Pada saat pertempuran itu siap untuk dimulai, Giap memiliki 70.000 tentara di sekitar Dien Bien Phu, lima kali jumlah tentara Perancis. Saat itu Giap mampu memblokir jalan Perancis untuk menerima pasokan pasukan dan persenjataan ke Dien Bien Phu, dengan menggunakan senjata anti – pesawat dan howitzer yang diterimanya dari China. Ketika Navarre menyadari bahwa ia terjebak, dia meminta pertolongan Amerika Serikat. Beberapa penasihat menyarankan penggunaan senjata nuklir taktis terhadap Vietminh. Saran lain adalah bahwa serangan udara konvensional akan cukup untuk membubarkan pasukan Giap itu.
Namun Presiden Amerika Serikat Dwight Eisenhower, bagaimanapun menolak untuk campur tangan kecuali dia bisa membujuk Inggris dan sekutu Barat-nya yang lain untuk berpartisipasi. Winston Churchill, Perdana Menteri Inggris menolak tawaran kerjasama tersebut, ia mengklaim bahwa dia ingin menunggu hasil dari negosiasi damai berlangsung di Jenewa sebelum terlibat dalam perang selanjutnya.
Pada tanggal 13 Maret 1954, Vo Nguyen Giap meluncurkan serangan . Selama lima puluh enam hari Vietminh mendorong pasukan Prancis kembali sampai mereka hanya menempati area kecil di Dien Bien Phu. Kolonel Piroth yang merupakan komandan artileri, menyalahkan dirinya sendiri karena taktik yang telah ia jalankan dan setelah memberitahu sesama perwira bahwa ia telah "benar-benar gagal" akhirnya ia pun bunuh diri dengan menarik peniti dari granat.
Pasukan Perancis yang mati-matian bertahan, beberapa kali berhasil memukul mundur serbuan ini. Namun bak air bah dari bendungan jebol, akhirnya pasukan Viet Minh tak terbendung dan satu persatu pusat pertahanan Perancis pun mengibarkan bendera putih setelah pertempuran dengan korban besar di kedua pihak. Sesudah benteng Elaine jatuh pada 7 Mei, maka tentara Perancis menyerah. Sekitar 11.000 prajuritnya ditawan oleh Vietnam. Kemenangan besar ini diharapkan meningkatkan posisi Vietnam dalam perundingan di Geneva, sekaligus melenyapkan posisi tawar Perancis.
• Dibagi dua
Sekalipun posisi Vietnam berada di atas angin dalam perundingan di Geneva, namun situasi dan kondisi politik internasional sudah berubah. Perang Korea masih kuat membekas dan tetap mengancam, sementara Perang Dingin antara Blok Barat dengan Timur pun semakin menajam. Akibatnya kompromi sulit dilakukan, dan penyelasaian sementara yang dapat dicapai adalah Viet Minh boleh menguasai wilayah Vietnam sebelah utara di garis paralel ke-17, sedangkan Perancis di selatan garis tersebut. Persetujuan Geneva ini disepakati Juli 1954.
Setelah kemenangan mereka di Dien Bien Phu, beberapa anggota Vietminh enggan untuk menerima perjanjian gencatan senjata. Perhatian utama mereka adalah pembagian Vietnam menjadi dua bagian. Namun, Ho Chi Minh berpendapat bahwa ini hanya situasi sementara dan yakin bahwa dalam Pemilu yang dijanjikan, Vietnam yakin untuk memilih pemerintah komunis untuk memerintah Vietnam kembali bersatu . Pandangan ini dianut oleh Presiden Dwight Eisenhower. Karena dia kemudian menulis: "Saya tidak pernah berbicara atau berhubungan dengan orang yang berpengetahuan dalam urusan Indocina yang tidak setuju pemilu yang diadakan pada saat pertempuran, mungkin 80 persen dari populasi akan memilih untuk komunis Ho Chi Minh."
Tapi Mengapa Ho Chi Minh cukup berpengaruh di seluruh Vietnam hanya memperoleh separuh dari negerinya? Hal ini disebabkan para peserta konferensi lainnya tidak memberinya alternatif, bahkan berusaha keras memblokirnya untuk menguasai seluruh Vietnam. Terutama AS lewat Menlu John Foster Dulles yang amat anti komunis, mati-matian mencegah seluruh Vietnam dipegang oleh Ho, yang lebih dilihat sebagai komunis dari pada patriot Vietnam. Bahkan begitu perjanjian ditandatangani, AS di bawah Presiden Dwight Eisenhower langsung memperkokoh posisi Vietnam Selatan dengan meluncurkan berbagai bantuan ekonomi maupun militer. AS ingin menjadikan Vietsel sebagai basis terdepan untuk melawan ekspansi komunis di Asteng, di samping mendirikan pakta pertahanan Asia Tenggara atau SEATO.
AS ketika itu amat percaya akan apa yang disebut “Teori Domino”, yang pada intinya meyakini jika Vietnam Utara sampai menguasai Selatan, maka satu persatu negara sekitarnya akan jatuh ke tangan komunis. Hal ini seperti kartu domino yang berjajar diberdirikan, pasti ambruk satu persatu dengan cepat manakala salah satu dari kartu itu jatuh dan menimpa yang lainnya. Karena kecemasan akan kemungkinan jatuhnya Vietsel, maka AS diam-diam mencari pemimpin baru bagi Vietsel. Tokoh baru yang ditemukan ada pada diri Ngo Dinh Diem, mantan PM-nya Bao Dai.
Saat delegasi Amerika Serikat mengusulkan nama Ngo Dinh Diem sebagai penguasa baru dari Vietnam Selatan . Prancing menentang ini, mereka mengklaim bahwa Diem "tidak hanya mampu tapi gila". Namun, akhirnya diputuskan bahwa Diem diberikan kesempatan untuk menjaga Vietnam Selatan jatuh di bawah kendali komunisme.
Maka untuk menjadikan Ngo sebagai penguasa baru Vietsel, dilakukan referendum pada tahun 1955, untuk memilih monarki di bawah Raja Bao Dai ataukah republik yang dipimpin Presiden Ngo Dinh Diem. Referendum ini dimenangkan Ngo yang kemudian dilantik sebagai presiden. Pada awalnya kepemimpinannya memberikan harapan, dengan perbaikan ekonomi dan sosial rakyat Vietsel, termasuk penanganan terhadap ratusan ribu pengungsi dari wilayah Utara. Namun makin lama makin terasa bahwa pemimpin baru ini semakin otoriter, kaku, sulit berkompromi, sehingga politik di Vietsel semakin bergejolak, termasuk dari kaum Budhis yang merasa tersisihkan.
Sementara itu keinginan Ho Chi Minh untuk menyatukan Vietnam yang terbelah, juga tetap membara. Dia pernah mendekati Ngo Dinh Diem untuk membicarakan kemungkinan pemilu, namun Saigon menolak. Para kader Viet Minh di Vietsel pun mulai bergerak. Mereka yang menyebut diri Viet Cong (VC) mulai melakukan aksi bersenjata di Delta Mekong seraya mengharap Hanoi segera membantu upaya reunifikasi Vietnam. Bantuan itu `resmi’ datang tahun 1959, ketika Utara menyerukan perjuangan bersenjata di Selatan, bantuan tersebut mencangkup bantuan pesonil dan logistic dari utara.
• Keterlibatan AS
Infiltrasi ke Selatan dilakukan melalui jalur tikus’ yang panjangnya ratusan mil, yang sebagian terpaksa melewati wilayah Laos. Bantuan tersebut, baik berupa orang maupun logistik, mulai dialirkan lewat Ho Chi Minh trail tersebut. Tentara Vietsel (ARVN, Army of the Republic of Viet Nam) berusaha keras menekan gerakan gerilya VC. Tetapi karena mulai memperoleh aliran bantuan dari Utara, VC pun semakin gigih. Keadaan ini mempersulit posisi Presiden Ngo yang juga harus menghadapi berbagai gejolak politik dan unjuk rasa di Saigon.
|
Akibat
meninggalnya Kennedy dan kemudian digantikan oleh Lyndon Johnson, pasukan AS di
Vietnam bukannya dikurangi tapi malam ditambah secara dratis.
|
Di Washington, John F. Kennedy baru menggantikan Eisenhower sebagai presiden. Sebelum menyerahkan jabatannya, Eisenhower berpesan kepada JFK mengenai vitalnya persoalan Indochina bagi kepentingan global AS dalam Perang Dingin. Apabila Vietsel sampai jatuh ke tangan kaum komunis Utara, maka seluruh Asia Tenggara juga akan ambruk. Para pembantu terdekat JFK kebetulan adalah tokoh bergaris keras, terutama Menlu Dean Rusk, Menhan Robert McNamara, dan Ketua Dewan Keamanan Nasional McGeorge Bundy. Mereka mendesak JFK untuk segera melakukan intervensi militer ke Vietnam. Namun negara sekutu utama, Inggris dan Perancis mengingatkan AS jangan terlalu jauh terlibat di Vietnam. Terutama Perancis yang sudah mengalami sendiri pahitnya menghadapi perlawanan orang Vietnam.
Posisi JFK pun semakin sulit, karena Partai Republik yang merupakan lawan politiknya selalu menekankan bahwa dialah yang `akan paling bertanggung jawab’ apabila Asia Tenggara sampai hilang. Kennedy yang baru mengalami pukulan sebagai akibat kegagalan CIA dalam peristiwa penyerbuan Teluk Babi di Kuba, tidak mau mengulang kekalahan tersebut. Karena itu sekalipun dia masih sungkan untuk melakukan intervensi militer langsung, namun akhirnya JFK mulai mengirim personel militer Amerika ke Vietsel, dengan tugas utama sebagai penasihat/ pelatih.
Tetapi karena pasukan VC semakin kuat dan menyebar ke seluruh Vietsel, maka jumlah personel AS itu pun terus ditambah, dan tugas mereka bukan lagi hanya sebagai penasihat melainkan sering ikut bertempur langsung melawan VC. Menjelang akhir 1963, jumlahnya sudah melonjak hingga 16.000 orang. Untuk mengetahui kondisi sebenarnya di lapangan, Presiden Kennedy mengirim penasihat Gedung Putih Walt Rostow dan penasihat milker Jenderal Maxwell D. Taylor ke Vietsel. Dalam laporannya, misi pencari fakta itu menunjukkan betapa situasi sebenarnya sudah kritis, baik kemiliteran di lapangan maupun politik di Saigon.
Mereka mengusulkan pengiriman 8.000 pasukan infanteri untuk langsung membantu menumpas gerilyawan VC di Delta Mekong yang strategis. Namun jumlah ini dianggap terlalu kecil. Menhan McNamara tak tanggung-tanggung mengusulkan pengiriman 200.000 pasukan. Dalam situasi seperti ini, Kennedy pun mengeluarkan apa yang disebutnya sebagai “Doktrin Kredibilitas”, untuk memperlihatkan kepada kawan maupun lawan bahwa AS akan konsekuen dengan semua komitmen dan melaksanakannya secara tegas, sehingga AS dapat diandalkan. Doktrin ini sekaligus menegaskan bahwa determinasi AS untuk mempertahankan Vietsel sungguh-sungguh akan dijalankan. Dengan demikian kredibilitas AS di kanca internasional dapat diandalkan.
Namun dalam pikiran JFK, doktrin ini tidaklah serta merta harus berupa terlibat langsung dalam perang, melainkan membantu dengan nasihat kemiliteran, meningkatkan kehidupan ekonomi dan kesejahteraan rakyat, mengisolasi kaum komunis agar tidak dapat berbaur ke masyarakat dengan memindahkan penduduk ke daerah-daerah aman. Namun hal ideal ini tidaklah menjadi kenyataan, karena situasi di Vietsel sudah parah. Presiden Ngo Dinh Diem dengan sikapnya yang semakin keras dan jauh dari rakyatnya sendiri, malah menjadi rintangan bagi AS. Karena itu, tiga minggu sebelum JFK tewas terbunuh di Dallas pada 23 November 1963, dia mengizinkan dilancarkannya kudeta militer terhadap Ngo pada 1 November. Presiden Vietsel itu dan adiknya sekaligus penasihatnya, Ngo Dinh Nhu, terbunuh.
• Pembentukan NLF
Pada tahun 1959, Ho Chi Minh mengirim Le Duan, penasihatnya yang terpercaya pergi mengunjungi Vietnam Selatan. Le Duan kembali untuk menginformasikan pemimpinnya bahwa kebijakan Diem tentang memenjarakan pemimpin oposisi itu begitu sukses, kecuali Vietnam Utara mendorong perlawanan bersenjata maka sebuah negara yang bersatu tidak akan pernah tercapai.
Ho Chi Minh setuju untuk memasok unit gerilya dengan bantuan sekutu. Dia juga mendorong kelompok-kelompok bersenjata yang berbeda untuk bergabung bersama-sama dan membentuk organisasi perlawanan yang lebih kuat dan efektif . Hal ini mereka setujui dan pada bulan Desember 1960, Front Nasional untuk Pembebasan Vietnam Selatan ( NLF ) dibentuk . NLF atau 'Vietkon ' ini sebutan orang Amerika untuk memanggil mereka. terdiri dari lebih dari selusin kelompok politik dan agama yang berbeda. Meskipun pemimpin NLF Hua Tho adalah non - Marxis dan merupakan pengacara Saigon. Meskipun NLF diklaim otonom dan bahwa sebagian besar anggotanya adalah non-komunis, banyak di Washington menganggap itu adalah boneka Hanoi.
Strategi dan taktik NLF sangat banyak berdasarkan yang digunakan oleh Mao Zedong di Cina. Ini dikenal sebagai Guerrilla Warfare. NLF diselenggarakan dalam kelompok-kelompok kecil sekitar 3-10 tentara . Kelompok-kelompok ini disebut sel . Sel-sel ini bekerja bersama-sama tapi pengetahuan yang mereka bagikan satu sama lain sangat sedikit. Karena itu, ketika gerilyawan ditangkap dan disiksa , pengakuan yang mereka keluarkan tidak akan terlalu mempengaruhi NLF.
Tujuan awal dari NLF adalah untuk mendapatkan dukungan dari para petani yang tinggal di daerah pedesaan. Menurut Mao Zedong, para gerilyawan petani laut ini dibutuhkan untuk tugas yang berhubungan dengan berenang : "Tanpa dukungan konstan dan aktif dari petani ... kegagalan tidak bisa dihindari"
Ketika NLF masuk ke suatu desa mereka harus mematuhi adat perilaku setempat dengan sangat ketat. Semua anggota diberikan serangkaian 'arahan' . Ini termasuk : " ( 1 ) Tidak melakukan apa yang mungkin merusak tanah dan tanaman atau merusak rumah dan barang-barang dari orang-orang, (2 ) Tidak bersikeras untuk membeli atau meminjam apa yang orang tidak bersedia untuk menjual atau meminjamkan; ( 3 ) Tidak pernah melanggar janji kita, (4 ) Tidak melakukan atau berbicara apa yang mungkin membuat orang percaya bahwa kita akan menahan atau menghina mereka, (5 ) untuk membantu mereka dalam pekerjaan sehari-hari mereka ( panen, mengambil kayu bakar, membawa air, menjahit, dll )."
Tiga bulan setelah terpilih sebagai presiden pada tahun 1964, Lyndon B. Johnson melancarkan Operasi Rolling Thunder. Rencananya adalah untuk menghancurkan perekonomian Vietnam Utara dan menghentikan bantuan yang dikirimkan ke pejuang gerilya di selatan. Bom juga ditujukan terhadap wilayah yang dikuasai oleh NLF di Vietnam Selatan. Rencananya Operasi Rolling Thunder hanya berlangsung selama delapan minggu tapi tenyata operasi tersebut berlangsung selama tiga tahun ke depan . Selama operasi itu, AS terhitung telah menurunkan 1 juta ton bom di Vietnam.
• Masuknya Johnson
Presiden Kennedy digantikan wakilnya, Lyndon B. Johnson (LBJ), yang dari awal menyadari bahwa konflik di Vietnam akan menyita perhatian politik luar negerinya. Berbeda dengan JFK, LBJ lebih tegas dalam masalah Vietnam. Kepada para pembantunya, dia menggariskan harus memenangkan perang di Vietnam ini. Dia mengirim Menhan McNamara ke Saigon karena rezim baru di sana tampaknya semakin lama semakin lemah dalam menghadapi VC maupun infiltrasi Utara. Akhirnya Jenderal Duong Van Minh (Big Minh) yang mengkudeta Presiden Ngo, diturunkan dengan kudeta tak berdarah pada awal 1964. Dia digantikan oleh Jenderal Nguyen Khanh. Dapat diduga bahwa AS berada di belakang peralihan rezim Saigon ini.
|
Paska Perang Vietnam, Departemen Pertahanan AS mengadakan perjanjian damai dengan Vietnam. Tujuannya adalah agar para tawanan perang bisa dipulangkan dan yang hilang bisa dicari dan dikubur di AS secara layak. Suasana ketika para tawanan pasukan AS sedang dipulangkan. |
Tetapi Nguyen Khanh pun terbukti tidak mampu mengalahkan VC dan infiltran Utara. Karena itu Washington membuat rencana operasi yang dinamakan Oplan 34-A, yang intinya antara lain meningkatkan upaya menekan musuh, termasuk `memberi pelajaran’ terhadap Vietnam Utara agar menghentikan politik agresinya ke Selatan. Jika rencana agresi ini berhasil, maka AS akan meluaskan peperangan hingga wilayah Vietnam Utara. AS kemudian menyiapkan din untuk melaksanakan Oplan 34-A, seraya menyerukan para sekutunya untuk membantu dengan mengirim pasukan ke Vietnam. Hanya sedikit yang bersedia, yakni Australia dan Korea Selatan. Sedangkan lainnya sekadar simbolik atau menolak. Thailand dan Filipina menyediakan pangkalan udara di Utapao dan Clark.
Rencana LBJ untuk membawa perang ke wilayah Vietnam Utara didukung sepenuhnya oleh Saigon. Pada akhir Juli 1964, pemerintahan Nguyen Khanh mencetuskan dua alternatif: berunding dengan Front Pembebasan Nasional yang merupakan induk politik VC, atau menyerang Vietnam Utara untuk menghentikan dukungan Hanoi terhadap VC. Sesuai dengan niat Johnson meluaskan perang hingga wilayah Vietnam Utara, maka alternatif yang dipilih adalah yang kedua. Pilihan ini berarti diam-diam mulai melaksanakan Oplan 34-A. Dubes AS di Saigon Jenderal Taylor walau ketika itu belum punya bukti menyusupnya tentara reguler Vietnam Utara ke Vietsel, namun dia mengusulkan kemungkinan pengeboman atau bombing raids terhadap sasaran-sasaran tertentu di wilayah Utara.
• Dicetuskan di Teluk Tonkin
Pada tahap awal, satuan komando Vietsel dengan penasihat militernya melakukan pemboman di beberapa tempat di pantai Vietnam Utara, yang dicurigai menjadi basis infiltrasi ke Selatan. Kapal perang AS juga mulai aktif berpatroli di Teluk Tonkin, dalam jarak yang dianggap cukup aman dari pantai Vietnam Utara. Operasi laut yang diberi kode De Soto ini, bertujuan untuk mencegah infiltrasi Utara lewat laut, sekaligus melakukan pengintaian elektronik. Sedangkan pesawat terbang AS juga mulai banyak melakukan pengintaian hingga ke wilayah Laos yang diduga dilalui perajurit Ho Chi Minh, serta jalan tikus infiltrasi ke Vietsel. Para pilot dibekali instruksi, jika mereka terancam mereka harus membalas menyerang.
Semakin banyaknya kapal perang AS di Teluk Tonkin memang semakin membuka kemungkinan timbulnya insiden dengan kapal Vietnam Utara. Akhirnya hal itu terjadi juga pada 2 Agustus 1964, tatkala kapal perusak Amerika USS Maddox yang berlayar di lepas pantai diserang oleh kapal patroli torpedo Vietnam Utara. Diduga kapal patroli tersebut mengira Maddox tengah membantu suatu serangan komando di pantai. Dua hari kemudian kapal perusak USS Turner Joy juga melaporkan diserang kapal patroli Vietnam Utara, walau laporan ini sebenarnya dinilai meragukan.
Tetapi seperti kata pepatah pucuk dicinta ulam tiba, maka kejadian ini pun dibesar-besarkan menjadi apa yang terkenal sebagai “Insiden Teluk Tonkin”.
Presiden Johnson dengan dukungan Pentagon, langsung memanfaatkan momentum ini dengan memerintahkan serangan udara balasan terhadap Vietnam Utara. Dua kapal induk yang juga berada di Teluk Tonkin, USS Constellation dan USS Ticonderoga, mengerahkan pesawat pengebom-tempur mereka untuk menghancurkan berbagai sasaran di Vietnam Utara, seperti pangkalan laut, kapal-kapal serta instalasi vital lainnya. Dua pesawat AS ditembak jatuh dari darat, dua lainnya rusak.
Tetapi serangan udara hebat ini ternyata tidak membuat Ho Chi Minh takut dan menghentikan infiltrasi bantuan ke Selatan. Bahkan bulan Oktober pasukan VC membalaskan serangan udara tadi dengan menyusup ke pangkalan udara Bien Hoa di dekat Saigon, menghancurkan enam pesawat pengebom B-57 Canbera dan menewaskan sejumlah personel Amerika. Sebaliknya AS juga mengirim pasukan khususnya untuk melakukan supervisi di medan Vietnam, sehingga akhir tahun 1964 jumlah personel militer AS telah mencapai 23.300 orang, sedangkan Vietsel juga meningkatkan jumlah tentaranya hingga dari 500.000 orang.
Memasuki tahun 1965, situasi perang semakin menghebat. USAF melancarkan berbagai operasi dengan nama sandi Barrel Roll, Flaming Dart, Rolling Thunder dan sebagainya untuk menggempur sasaran-sasaran khusus di Utara, Selatan, maupun Laos. Presiden Johnson yang baru terpilih kembali pada pilpres November 1964 memerintahkan penambahan terus pasukan AS dan 8 Maret pasukan tempur pertamanya didaratkan, termasuk marinir. LBJ menyatakan tidak yakin bahwa kekuatan udara saja akan mampu memenangkan perang di Vietnam, sehingga dia siap mengirim lebih banyak pasukan darat lagi. Dia juga memberi izin bagi panglimanya di Vietnam, Jenderal William Westmoreland untuk meninggalkan sikap bertahan, dan mulai melancarkan ofensif search and destroy terhadap musuh.
• Strategi Gesekan di Vietnam
Berbeda dengan serangan udara pada Vietnam Utara, upaya perang Vietnam selatan berperang melalui darat, sebagian besar di bawah komando Jenderal Westmoreland, dalam koordinasi dengan pemerintahan Jenderal Nguyen Van Thieu di Saigon. Secara umum, pasukan militer AS di wilayah itu menerapkan kebijakan gesekan, yang bertujuan untuk membunuh banyak tentara musuh sebanyak mungkin daripada mencoba untuk mengamankan wilayah.
Pada 1966, salah satu daerah Vietnam Selatan telah ditetapkan sebagai "zona bebas tembakan," dari mana semua warga sipil tak berdosa seharusnya telah dievakuasi dan hanya musuh tetap disana. Pemboman oleh B-52 pesawat atau penembakan dibuat zona layak huni, sebagai pengungsi ditempatkan di dalam kamp-kamp di daerah aman yang ditetapkan di dekat Saigon dan kota-kota lainnya. Bahkan sebagai jumlah tubuh (pada waktu dibesar-besarkan oleh pihak berwenang AS dan Vietnam Selatan) dipasang terus, Pasukan DRV dan Viet Cong menolak untuk menghentikan pertempuran, didorong oleh fakta bahwa mereka dapat dengan mudah menempati kembali wilayah yang hilang. Sementara itu, didukung oleh bantuan dari Cina dan Uni Soviet, Vietnam Utara memperkuat pertahanan udara.
• Pasang-surut di Vietnam
Dengan demikian cepat atau lambat, konflik di Vietnam telah menjadi perangnya Amerika, dan hal ini tampak dengan terus meningkatnya jumlah kekuatan militer Amerika yang bertugas di Vietnam. Pada akhir 1969 jumlahnya mencapai 475.200 orang, dan sampai saat itu prajurit Amerika yang tewas telah mencapai 40.024 orang. Jumlah pasukan negara-negara sekutu AS mencapai puncaknya, 70.300 orang. Sedangkan dari angkatan bersenjata Vietsel sendiri 897.000, dengan korban tewas sampai saat itu telah mencapai 110.176 orang.
|
Pesawat pemborn B-52 sedang menjatuhkan bomn-bom mautnya dalam operasi militer yang terusberlanjut di Vietnam, seperti Barrel Roll, Flaming Dart, dan Rolling Thunder. |
Namun perang Vietnam semakin lama semakin tidak populer di kalangan rakyat Amerika sendiri serta di dunia internasional, sehingga memaksa Presiden Richard Nixon yang menggantikan LBJ tahun 1969, secara diam-diam memulai perundingan perdamaian di Paris. Namun di lapangan, perang terus berlangsung. Korban tewas di pihak AS sampai akhir 1970 telah mencapai angka 44.245, sementara Vietsel kehilangan 133.522 pasukannya.
Akhir 1971 jumlah korban tewas Amerika tercatat 45.626, sementara Vietsel 156.260. Nixon juga memerintahkan pengurangan pasukan AS di Vietnam sejalan dengan kemajuan perundingan di Paris. Sehingga pada akhir 1972 jumlahnya tinggal 24.200, sementara yang tewas sampai saat itu tercatat 45.926 personel. Sedangkan Vietsel terus melakukan mobilisasi kekuatan sehingga mencapai lebih dari satu juta orang. Pada akhir 1972 Vietsel telah kehilangan 195.847 pasukannya.
Pada tahun 1972 pemerintah Amerika Serikat mengumumkan bahwa Indonesia, Kanada, Polandia, dan Hongaria pada prinsipnya sepakat untuk menjadi pengawas gencatan senjata di Vietnam. Namun, kesepakatan itu menjadi berantakan karena Viet Minh dan Vietkong secara tiba-tiba pada tanggal 3 April 1972 melakukan serangan besar-besaran dan hampir saja menguasai Saigon, ibu kota Vietnam Selatan. Atas tindakan tersebut, Presiden Amerika Serikat, Richard Nixon bersikap tegas dan mengeluarkan perintah, antara lain:
•meranjau semua lalu lintas laut yang menuju Vietnam Utara;
•menghancurkan semua jalur komunikasi dan transportasi Vietnam Utara.
Untuk melaksanakan tindakan pembersihan jalur laut Vietnam Utara, Amerika Serikat meminta semua kapal asing untuk keluar dari wilayah Vietnam Utara. Tindakan itu akan terus dilaksanakan sampai Vietnam Utara setuju melakukan gencatan senjata dan membebaskan tawanan perang Amerika Serikat. Tindakan Amerika Serikat tentu saja menimbulkan pro dan kontra dunia. Australia dan Filipina yang merupakan sekutu Amerika Serikat jelas mendukung rencana tersebut. Namun, Uni Soviet dan Cina yang merupakan lawan Amerika Serikat sangat menentangnya. Amerika Serikat membatalkan secara sepihak niat melakukan pemboman ke Vietnam Utara karena adanya kemajuan dalam perundingan. Perundingan gencatan senjata yang seharusnya ditandatangani pada tahun 1970, akhirnya baru ditandatangani pada tahun 1973. Meskipun persetujuan damai telah ditandatangani, pada praktiknya masih sering terjadi pelanggaran.
Keadaan dalam negeri Vietnam Selatan sendiri sedang terjadi keretakan. Presiden Nguyen Van Thiew mengundurkan diri dan menunjuk Wakil Presiden Tran Van Huong sebagai peggantinya. Ketika mengundurkan diri Presiden Nguyen Van Thiew mengecam Presiden Amerika Serikat, Nixon karena mendesaknya menandatangani Persetujuan Paris. Padahal itu artinya Vietnam Selatan menyerah pada Vietnam Utara. Selain itu, ia bersedia menandatangani persetujuan itu karena Amerika Serikat berjanji mengirim pesawat pembom B-52 apabila terjadi pelanggaran oleh Vietnam Utara. Namun, nyatanya Amerika Serikat mengingkari hal itu. Pelanggaran persetujuan damai makin sering terjadi. Komunis pun makin mendekati kemenangan. Pada tanggal 18 April 1975 pasukan pelopor komunis dalam serangannya berhasil mendekati Saigon sampai jarak kurang 5 km. Pasukan komunis terus bergerak maju dan mendekati ibu kota. Rakyat Vietnam Selatan panik dan berebut untuk mengungsi. Sehubungan dengan keadaan itu, sejak tanggal 20 April 1975 Amerika Serikat mengirimkan lima buah kapal induk dari Armada VII untuk mengangkut para pengungsi tersebut.
Pada tanggal 30 April 1975, Presiden baru Vietnam Selatan, Duong Van Minh yang baru dilantik tanggal 28 April 1975 menyatakan menyerah tanpa syarat kepada Vietkong. Untuk merayakan kemenangan itu, Vietkong mengubah nama Saigon, ibu kota negara Vietnam Selatan menjadi Ho Chi Minh.
Pada 27 Januari 1973 perjanjian perdamaian ditandatangani di Paris oleh AS, Vietsel, Vietnam Utara, dan Viet Cong, dan sebulan kemudian perjanjian perdamaian juga tercapai di Laos. Bulan Maret 1973 penarikan pasukan Amerika dari Vietnam dinyatakan telah selesai, dan semua markas MACV (US Military Assistance Command Vietnam) ditutup. Pada waktu bersamaan pihak komunis membebaskan 590 tawanan Amerika. Akhir tahun itu jumlah kontingen militer AS di Vietnam dibatasi hanya 50 orang. Tercatat pada saat itu 46.163 personel AS tebunuh di Vietnam, sedangkan Vietsel sudah mencapai lima kali lipatnya atau 223.748 yang tewas. Tahun itu semua pasukan asing lainnya juga telah ditarik dari Vietnam.
• Operasi terbesar & terakhir AS di Vietnam jelang kejatuhan Saigon
Tentara Viet Cong menggelar serangan puncak untuk menghancurkan basis-basis pertahanan Amerika Serikat dan Vietnam Selatan. Serangan yang digelar sejak awal Maret 1975 ini membuat AS memutuskan untuk menggelar operasi evakuasi terbesar sepanjang sejarah.
Operasi ini diberi nama Operation Frequent Wind. Untuk melakukannya, AS mengerahkan seluruh pasukan dan armadanya untuk membawa ribuan pengungsi, baik warga AS, Vietnam Selatan maupun warga asing lainnya yang bermukim di Saigon.
Untuk melakukannya, pemerintah AS mempersiapkan empat opsi. Opsi pertama adalah evakuasi dengan menggunakan pesawat komersial dari Tan Son Nhut dan bandara lain di seluruh Vietnam Selatan. Kemudian opsi kedua menggunakan pesawat militer dari bandara yang sama.
Opsi berikutnya adalah evakuasi melalui laut dengan menggunakan pelabuhan Saigon. Dan terakhir, evakuasi dengan menggunakan helikopter menuju Kapal Perang AL AS di Laut China Selatan.
Persiapan operasi evakuasi besar-besaran ini dimulai sejak 1 April 1975, para pejabat AS di bawah kedutaan menggelar survei dan mempersiapkan bangunan-bangunan untuk pendaratan heli. Beberapa pesawat komersial pun dipersiapkan untuk membawa warga mereka dari Vietnam.
Awal hingga pertengahan April, operasi berlangsung lancar. Meski begitu, sempat diwarnai kecelakaan pesawat yang mengangkut seluruh pengungsi dan membunuh 153 orang di dalamnya. Kondisi itu membuat militer AS memutuskan menghentikan pengoperasian pesawat C-5, di saat bersamaan penggunaan pesawat C-141 dan C-130 juga mulai dikurangi.
Tak hanya AS, pesawat-pesawat militer AS dari sejumlah negara lain, termasuk Indonesia juga dikerahkan untuk mengevakuasi warga mereka dari Vietnam Selatan. Apalagi, tentara Viet Cong semakin mendekat ke perbatasan Saigon.
Jelang akhir April, berbagai hambatan mulai terjadi, di mana pemerintah Filipina mulai menolak menerima pengungsi Vietnam. Hanya 2.500 pengungsi yang diterima, dan sisanya harus dibawa ke negara lain. Tak hanya itu, Otoritas Penerbangan Federal AS menghentikan penerbangan komersial menuju Vietnam Selatan. Alhasil, hanya operasi militar yang bisa dikerahkan untuk mengangkut seluruh pengungsi.
Mendekati akhir April, pergerakan pasukan Viet Cong semakin dekat dengan perbatasan kota Saigon. Kondisi itu membuat Kedutaan Besar AS di Vietnam Selatan mendesak agar proses evakuasi dilakukan segera.
Namun, masih ada 45 ribu orang yang meminta dievakuasi, 5 ribu di antaranya adalah warga AS. Mereka khawatir, jika tak segera angkat kaki dari negara itu maka akan menjadi sasaran tembak tentara Viet Cong.
Tepat 29 April, tembakan artileri maupun roket mulai menghujani pusat Kota Saigon, termasuk Lanud Tan Son Nhut yang dipakai untuk menerbangkan seluruh pesawat evakuasi. Serangan udara juga semakin massif meski pesawat tempur AS terus berusaha melindungi pergerakan para pengungsi.
Meski begitu, proses evakuasi berjalan sangat efektif, di mana korban jiwa sangat minimal. Hanya dua Petugas Pengamanan Kedutaan USMC terbunuh dalam sebuah serangan roket, mereka adalah Kopral Charles McMahon Jr dan Kopral Darwin Judge. Kemudian, dua kru udara heli CH-45 diperkirakan tewas usai terjatuh di tengah laut.
|
Operasi terbesar terakhir Amerika di Vietnam jelang kejatuhan Saigon |
Evakuasi dari dalam kedutaan mencapai 72 sortis dari 122 sortis yang dilakukan di seluruh Vietnam Selatan. Seluruh proses ini mendapat dukungan penuh dari Angkatan Udara maupun Angkatan Laut. Di mana melibatkan heli milik USAF/USMC, heli TACAIR, heli tempur 24 AH-1J, heli tempur AC-130, Heli EC-130, heli KC-135 tanker, dan 2 HC-130 SAR.
Saking padatnya jumlah pengungsi di kapal induk membuat komandan kapal memutuskan membuat sebagian besar heli ke laut. Tindakan ini dilakukan agar para pengungsi memiliki ruang cukup banyak untuk ditempati.
Dalam 19 jam, 81 heli telah membawa lebih dari 1.000 warga AS dan sekitar 6 ribu warga Vietnam menuju kapal induk di lepas pantai Vietnam. Akhirnya, tepat pukul 7.52 pagi waktiu setempat, heli terakhir mengudara dari kedutaan besar menuju ke laut.
• Berakhirnya Masa Perang Vietnam
Sekalipun Perjanjian Paris sudah diputuskan, namun di lapangan pasukan Vietnam Utara/VC tetap bertempur dengan pasukan Vietsel. Awal Januari 1975 Hanoi memerintahkan perang besar-besaran untuk `membebaskan’ Vietsel. Pasukan Vietnam Utara terang-terangan menyerbu lewat perbatasan. Bulan Maret Presiden Vietsel Nguyen Van Thieu yang berkuasa sejak 1967 memerintahkan pengunduran pasukannya dari kawasan dataran tinggi di Vietnam Tengah. Maksudnya untuk memusatkan pertahanan Vietsel khususnya di wilayah sekitar Saigon. Namun ternyata pengunduran diri itu menjatuhkan moril tentara Vietsel, sehingga satu persatu wilayah kekuasaan Vietsel dengan cepat jatuh ke tangan Vietnam Utara, seperti Quang Tri, Hue, Da Nang, Qui Nhon, Nha Trang, dan lain-lainnya.
|
Pasukan NVA
mengibarkan bendera kemenangan ketika mereka berhasil merebut bunker AS dalam
pertempuran di Phuoc Binh, Januari 1975.
|
Pasukan NVA mengibarkan bendera kemenangan ketika mereka berhasil merebut bunker AS dalam pertempuran di Phuoc Binh, Januari 1975.
Pada 12 April Nguyen Van Thieu mengundurkan diri, dan digantikan oleh Jenderal Duong Van Minh sebagai presiden sementara. “Big Minh” didampingi Marsekal Nguyen Cao Ky tetap menjadi wapres. Namun keadaan bertambah kacau. Pesawat AS bertugas mengungsikan anak dan bayi yatim piatu dalam operasi kemanusiaan. Pengungsian juga dilakukan oleh Kedubes AS serta keluarganya dengan helikopter dari Saigon ke kapal-kapal induk AS yang menunggu di Laut China Selatan. Semula akan dilakukan dengan pesawat C-130 Hercules yang disiapkan di pangkalan udara Tan Son Nhut dekat Saigon. Tetapi karena pangkalan ini berada dijangkauan tembakan meriam Vietnam Utara dan sempat mengenai sebuah Hercules, maka Dubes Graham Martin terpaksa memerintahkan semua Hercules terbang dan sebagai gantinya dipakai helikopter.
Pada 29 April tentara Vietnam Utara mencapai Saigon. Dua kopral marinir yang menjadi anggota kontingen AS di Saigon terkena pecahan roket pasukan Utara. Mereka adalah anggota militer AS terakhir yang tewas di bumi Vietnam. Pertempuran dan pertumpahan darah hebat memperebutkan kota ini praktis tidak terjadi sebagaimana ditakutkan. Tentara Vietsel sudah jatuh semangat dan morilnya. Tanggal 30 April pasukan Vietnam Utara dengan tank-tanknya mendobrak gerbang istana kepresidenan. Komandan mereka, Kolonel Bui Tin menerima penyerahan diri Jenderal Duong Van Minh. Sedangkan Presiden Vietnam Selatan Nguyen Van Hieu melarikan diri ke Taiwan. Pukul 8.35 pagi, warga Amerika terakhir, beserta 10 orang marinir Amerika terakhir meninggalkan Kedutaan Amerika di Saigon. Pukul 11 siang, bendera Vietnam Utara dikibarkan di Istana Presiden Vietnam Selatan. Banyak para pejabat Vietnam Selatan yang tidak sempat melarikan diri dieksekusi di jalanan. Perang Vietnam pun berakhir.
3. Kesimpulan Akhir Perang Vietnam
Sejarah pernah mencatat bahwa Amerika pernah menelan kekalahan telak saat perang Vietnam/Viet Chong/IndoChina kedua. Bermula pada tahun 1957, secara perlahan Amerika mengirim pasukan sedikit demi sedikit untuk membantu Vietnam yang saat itu masih dijajah Perancis. Dan puncaknya pada tahun 1965 ketika terjadi perpecahan antara kubu Republik Vietnam (Selatan) dan kubu Demokratik Vietnam (Utara), dalam hal ini sebenarnya hanyalah perang saudara di Vietnam, tapi lama-lama pihak di kubu Utara yang merasa dirugikan karena keikut campur tanganan Amerika, kubu Utara memutuskan untuk meminta permohonan bantuan kepada USSR (Uni Soviet, sekarang Rusia). Dan disitulah awal dari perang antara 2 negara Adikuasa antara Amerika dan Uni Soviet. Perang yang mempertaruhkan Politis, Ideologi, dan juga kehormatan bangsa sebagai Negara Adikuasa. Kubu Selatan yang di sertai sekutu Amerika, Australia, Korea Selatan, Australia, Selandia Baru, dan Filipina, mulai berperang dengan kubu Utara yang disekutui oleh Uni Soviet, China, dan Korea Utara.
Dan saat pada klimaksnya di tahun 1968 pihak dari Kubu Selatan yang berkekuatan 1.200.000, mulai menggempur Kubu Utara yang hanya berkekuatan 520.000 pasukan militer, tapi dalam hal ini pasukan dari Kubu Selatan yang berusaha menyerang ke arah utara sedikit terkejut terutama untuk pasukan sekutu karena mereka harus melewati Hutan buas yang berlumpur, juga rawa-rawa yang penuh Buaya, Ular, dan binatang buas air lainnya, dan juga medan pegunungan yang sama sekali tidak mereka kuasai.
Hal inilah yang dimanfaatkan oleh Kubu Utara untuk mengepung dan membantai habis-habisan pasukan Kubu Selatan dan sekutunya. Banyak pasukan dari Kubu Selatan yang tewas, terluka, atau menjadi tahanan dari pasukan Kubu Utara. Sebagian besar pasukan yang tewas, terluka, ataupun ditahan adalah Pasukan Militer Amerika. Selama 5 tahun pasukan dari Kubu Selatan yang terus menerus menelan kekalahan dan kehilangan banyak prajurit akhirnya menyerah. Dan pada 27-Februari-1973 dengan menyerahnya Amerika, maka di sepakatilah perjanjian damai.
Hal ini membuat Amerika rugi besar secara materi dan korban jiwa, dan mereka juga kalah dalam hal politis dan ideologi untuk ditanamkan di Vietnam. Setelah perang Vietnam berakhir, maka disetujuilah pertemuan diantara kedua kubu Vietnam yang berbeda visi, untuk bersatu membentuk sebuah Negara. Walaupun ideology komunis dari Uni Soviet menjadi ideologi nasional, tapi sampai saat ini masih banyak warga dari daerah Vietnam selatan yang tidak menggunakan Ideologi komunis tersebut dan sampai saat ini masih berlangsung perlawanan dari sebagian warga Vietnam selatan.
Berikut adalah data-data dari Perang Vietnam/Viet Chong/Perang IndoChina kedua :
- Dimulai pada tahun 1957 dan benar-benar berakhir pada 30-April-1975
- Hasil dari Perang Vietnam adalah Kekalahan terbesar secara Politis dan Militer dari pihak Amerika Serikat.
- Perubahan dari Perang Vietnam adalah bersatunya Vietnam Utara dan Vietnam Selatan menjadi Negara Kesatuan Vietnam.
- Pihak yang terlibat dalam Perang Vietnam adalah Republik Vietnam (Selatan), Amerika Serikat, Korea Selatan, Australia, Thailand, Selandia Baru, Filipina, Republik Demokratik Vietnam (Utara), USSR (Uni Soviet), China dan Korea Utara.
- Jumlah Korban Tewas dari tahun 1957-1975 dari Kubu Selatan adalah 293.729 jiwa, sebagian besar adalah dari pihak Militer Amerika Serikat, walaupun pada data intrnasional tercacat korban tewas dari pihak Amerika adalah 58.209 jiwa, akan tetapi ada banyak pihak yang berpendapat bahwa jumlah itu adalah sebuah kebohongan dari Amerika yang memanipulasi data untuk menutupi kemaluan besar atas kekalahan yang diderita. Sedangkan dari Kubu Utara korban tewas mencapai 601.100 jiwa. Korban terbanyak dari pihak Republik Demokratik Vietnam yang terhitung 600.000 jiwa. Dan data korban tersebut tidak sepenuhnya Valid karena ada beberapa korban tewas yang jasadnya tidak ditemukan atau telah musnah.
- Jumlah warga sipil yang tewas mencapai 1.000.000 jiwa. Dan terbanyak adalah warga sipil di wilayah Selatan Vietnam karena keberingasan Pasukan Kubu Utara yang membunuh semua orang yang ditemuinya, baik Militer ataupun Warga sipil.
Berikut catatan beberapa peristiwa penting :
9 Februari 1965 : Pasukan kombat Amerika Serikat pertama dikirim ke Vietnam Selatan secara besar-besaran.
30 Januari 1968 : Serangan Tet (Serangan berbasis pembebasan yang dilakukan Kubu Utara/Viet Cong dan dilakukan tepat pada malam tahun baru Imlek/Tet Nguyen Da
5 Februari 1968 : Pertempuran Khe Sanh dimulai. Pertempuran antara Tentara Rakyat Vietnam/Viet Chong (Kubu Utara) melawan US Army (Amerika Serikat). Dan disinilah pasukan militer di bantai habis-habisan.
11 Februari 1973 : Tahanan perang Amerika Serikat pertama dibebaskan oleh Viet Cong.
27 Februari 1973 : Persetujuan Damai Paris secara resmi mengakhiri Perang Vietnam.
29 Maret 1973 : Pasukan terakhir Amerika Serikat meninggalkan Vietnam Selatan.
Beberapa Fakta yang membuat kekalahan telak Pasukan Militer Amerika :
Banyak dari Pasuka Militer Amerika yang masih muda (rata-rata usia 22-24 tahun) dan belum berpengalaman dalam perang, dan suka terburu-buru dalam menjalankan taktik dari komando pusat.
Banyak pasukan militer Amerika yang frustasi karena selalu mengalami kekalahan terus menerus.
Pasukan Viet Chong lebih menguasai medan geografis, mereka juga membuat lorong-lorong bawah (Tunnel Rat) yang hanya bisa dimasuki pasukan Viet Chong, yang umumnya bertubuh lebih kecil dari pada pasukan militer Amerika.
Pasukan militer Amerika lebih sering mengkonsumsi obat bius, alkohol, dan berperang dalam keadaan setengah mabuk.
4. Beberapa Perundingan yang Terjadi
Setelah Perang Dunia II berakhir, Prancis atas dukungan Inggris berhasil menduduki Vietnam kembali. Pada tahun 1946 pernah terjadi perundingan antara Vietnam dan Prancis di Fontainebleau (Prancis). Dalam perundingan tersebut Prancis mengusulkan agar dibentuk empat negara merdeka di Indo-cina, yaitu Vietnam, Laos, Kamboja, dan Cochin cina yang tergabung dengan Uni Prancis. Perundingan itu gagal dan pecah perang antara Vietnam dan Prancis sejak tahun 1945 tahun 1954.
Pada tahun 1954 benteng Prancis di Dien Bien Phu (benteng pertahanan utama bagi Prancis) dikalahkan oleh pasukan meriam Vietminth. Kejadian ini menyebabkan diadakannya genjatan senjata dan disusul dengan perundingan di Jenewa, yang dihadiri oleh wakil dari Vietminth dan RRC.
Konvensi Jenewa terdiri dari Konvensi I s.d IV dan dilengkapi dengan dua Protokol Tambahan I dan II tahun 1977. Keempat Konvensi Jenewa 1949 tersebut menetapkan bahwa penduduk sipil dan orang-orang yang tidak lagi ikut serta secara aktif dalam tindakan permusuhan harus diselamatkan dan diperlakukan secara manusiawi. Sedangkan Konvensi Jenewa yang mengatur langsung perlindungan kepada para penduduk sipil dalam peperangan adalah Konvensi Jenewa IV 1949. Konvensi ini mengatur permasalahan masalah orang-orang sipil yang berada dibawah kekuasaan musuh.
Dua Protokol Tambahan tahun 1977 merupakan pelengkap bagi konvensi-konvensi Jenewa yang bertujuan membatasi penggunaan kekerasan dan melindungi penduduk sipil dengan memperkuat aturan-aturan yang mengatur tindak permusuhan.
• Protokol Tambahan 1977
Pada tahun 1977, keempat konvensi Jenewa tersebut ditambahkan lagi dengan Protokol Tambahan 1977 yaitu :
1. Protokol Tambahan - I untuk Konvensi-konvensi Jenewa 12 Agustus 1949 tentang Perlindungan Korban Konflik Bersenjata Internasional.
2. Protokol Tambahan - II untuk Konvensi-konvensi Jenewa 12 Agustus 1949 tentang Perlindungan Korban Konflik Bersenjata Non-internasional.
Aturan yang menangani permasalahan orang-orang sipil yang berada dibawah kekuasaan musuh adalah Konvensi Jenewa IV tahun 1949 yang diatur dalam :
a. Pasal 4, menyebutkan bahwa masalah orang sipil di wilayah musuh dan penduduk sipil dibawah pendudukan musuh,
b. Pasal 35 menyebutkan masalah orang sipil yang berada di wilayah musuh harus diperbolehkan untuk pergi.
Dua Protokol Tambahan tahun 1977 merupakan pelengkap bagi konvensi-konvensi Jenewa yang bertujuan membatasi penggunaan kekerasan dan melindungi penduduk sipil dengan memperkuat aturan-aturan yang mengatur tindak permusuhan.
• Konvensi Jenewa IV 1949.
1) Pasal 27 menyebutkan bahwa kejahatan perang karena terjadi pada situasi perang dan yang diserang dan dibunuh adalah penduduk sipil termasuk didalamnya wanita dan anak-anak dan penyerangan dilakukan secara membabi buta tanpa membedakan sasaran militer dan bukan serta dilakukan dalam skala besar, pembunuhan dilakukan dengan sengaja, melakukan tindakan penganiayaan, perlakuan tidak berperikemanusiaan dan penahanan sewenang-wenang, yang seharusnya merupakan kelompok orang yang wajib dilindungi menurut konvensi.
2) Pasal 49 menyebutkan bahwa setiap kasus yang termasuk kejahatan internasional (pelanggaran berat) maka pelaku harus mempertanggunjawabkannya secara individu. Orang yang pertama kali diminta pertanggungjawabannya ketika terjadi pelanggaran adalah orang yang secara langsung melakukan pelanggaran tersebut.
3) Pasal 50 menyebutkan bahwa pelanggaran hukum humaniter yang digolongkan sebagai pelanggaran berat, apabila pelanggaran tersebut dilakukan terhadap orang-orang atau objek yang dilindungi oleh Konvensi, meliputi perbuatan :
1. Pembunuhan disengaja.
2. Penganiayaan dan atau perlakuan yang tidak berperikemanusiaan.
3. Percobaan-percobaan biologi yang menyebabkan penderiataan besar atau luka atas badan atau kesehatan
4. Penghancuran yang luas.
5. Tindakan perampasan harta benda yang tidak dibenarkan oleh kepentingan militer dan dilaksanakan dengan melawan hukum serta semena-mena.
• Perundingan Jenewa tahun 1954 menghasilkan beberapa keputusan, antara lain :
a. Pasukan Vietminth ditarik mundur dari Vietnam selatan, Laos, dan Kamboja.
b. Vietnam dibagi menjadi dua, yaitu Vietnam selatan di bawah Raja Bao Dai dengan ibu kota Saigon dan Vietnam utara di bawah Ho Chi Minh dengan ibu kota Hanoi.
c. Pada 1956 akan diadakan pemilihan umum untuk menentukan kehendak rakyat tentang status Vietnam utara, Vietnam selatan, Kamboja dan Laos.
d. Pasukan Prancis akan ditarik mundur dari seluruh Vietnam.
Pada tanggal 30 April 1975 pemerintah Vietnam selatan menyerah kepada Vietnam utara dan Vietkong. Dengan demikain, selesailah Peperangan di Vietnam yang berlangsung sejak tahun 1953 hingga tahun 1975.
5. Beberapa Taktik Perang Vietnam.
Kedatangan Prancis untuk kembali menduduki Vietnam mendapatkan perlawanan keras dari rakyat Vietnam, terutama Ho Chi Minh. Mereka tidak mau negeri yang pernah ikut berjuang melawan balatentara Jepang harus tunduk terhadap kekuatan dari negara Barat, termasuk Amerika Serikat (AS) sekalipun..
Namun demikian, kekuatan militer dilengkapi teknologi canggih yang dibawa pasukan Prancis dan AS ke Vietnam memberikan kesulitan untuk memukul mundur mereka. Perlu taktik dan strategi sepadan agar bisa mengatasi sekaligus menekan kekuatan musuh..
Pemimpin Vietnam Utara, Ho Chi Minh yang kelak didaulat sebagai presiden pertama Vietnam ini percaya, taktik perang gerilya adalah jalan keluarnya. Kekuatan taktik ini bertambah hebat di bawah kepemimpinan Jenderal Vo Nguyen Giap..
Di bawah kendali Giap, pasukan Vietnam Utara alias Vietcong mampu menyusup ke garis belakang dan membuat musuh-musuh mereka dibuat kebingungan hingga kocar-kacir. Lewat taktik ini pula, para prajurit Prancis maupun AS harus waspada selama 24 jam nonstop hingga kurang tidur..
Pada umumnya, taktik perang gerilya hanya menggunakan kelompok kecil pasukan serta dilakukan secara berulang. Namun, taktik ini sangat membutuhkan dukungan rakyat di sekitar daerah operasi, tanpa itu, maka strategi ini dipastikan akan sia-sia..
Inilah beberapa taktik perang gerilya yang dilakoni Vietnam dalam menghadapi pasukan AS dan Prancis:.
• Gelombang manusia.
Taktik tempur 'gelombang manusia' ini kerap dipakai tentara China setiap terlibat dalam sebuah peperangan. Taktik ini diperlihatkan saat berlangsungnya Perang Korea, di mana sejumlah besar pasukan dikerahkan untuk melumpuhkan pertahanan musuh.
Sebelum dipakai China, taktik ini pernah digunakan tentara India saat merebut kembali Kargil. Namun, penggunaan taktik ini membuat banyak korban berjatuhan dari pihak penyerang. Kondisi ini berlangsung saat serangan terjadi Kompi Fox dan Marinir Ketujuh AS di Celah Toktong saat berupaya mundur dari Yudam-ni pada 1953.
Dalam pertempuran itu, korban terbesar dialami pasukan China di mana 2 ribu tentaranya tewas, sedangkan dari pihak AS hanya 200 orang saja. Alhasil, taktik ini hanya bisa dijalankan jika seorang pemimpin memiliki banyak pengikut.
Strategi inilah yang digunakan oleh Giap dalam pertempuran pertamanya melawan Prancis di Dien Bien Phu. Dia mengerahkan ribuan pasukannya untuk menyerbu satu per satu posisi lawannya. Meski sukses, namun pasukan Viet Minh (kelak menjadi Vietcong) banyak berjatuhan terkena peluru dan hujan artileri dari lawan.
6. Terowongan Rahasia di Perang Vietnam
Cu Chi merupakan nama terowongan bawah tanah yang digali orang Vietnam semasa perang. Terowongan itu awalnya dibuat pada masa penjajahan Perancis. Perancis sendiri mulai menjajah Vietnam pada 1859. Pada 1941, mereka sempat menyingkir karena diusir Jepang. Namun, setelah kekalahan Jepang, Perancis kembali lagi. Sementara itu, Viet Minh (gerakan kemerdekaan) pimpinan Ho Chi Minh sudah menguasai Vietnam Utara dan melakukan perlawanan.
Perang ini sampai 1954. Semasa itu, Perancis yang menguasai Vietnam Selatan melakukan kerja paksa. “Rakyat Vietnam seperti menghadapi buah simalakama. Menuruti kerja paksa akhirnya mati, menolak juga mati. Tapi, mereka sebagian besar akhirnya memilih menolak dan sembunyi. Maka, dibuatlah terowongan untuk bersembunyi dari Perancis dan kerja paksa,” ungkap Hung Tran yang ayahnya tentara Vietnam.
Setelah perang Viet Minh dan Perancis berakhir pada 1954, Amerika Serikat (AS) muncul. Mereka mendukung Perancis dan Pemerintah Vietnam Selatan yang republik. Maka, terowongan itu diperluas lagi oleh orang Vietnam, terutama yang pro-komunis atau pemerintahan Vietnam Utara.
Perang lawan AS semakin panas. Terowongan itu pun terus diperpanjang sebagai markas dan benteng Vietnam pro-Hanoi (Viet Minh). Karena perang terus berlangsung, maka terowongan juga terus diperluas dan diperpanjang, terutama pada 1966-1968, sampai akhirnya mencapai 250 kilometer. Sungguh luar biasa. Apalagi, di dalamnya hidup sekitar 10.000 orang Vietnam, tentara, dan keluarganya. Sebab, hanya dengan demikian, mereka lebih aman dari kejaran AS.
|
Denah Peta Lorong Bawah Tanah |
Terowongan ini tak hanya panjang, tetapi juga dirancang sangat bagus dan strategis. Berpusat di daerah Cu Chi, Hoj Non, sekitar 70 kilometer di luar Kota Ho Chi Minh (Saigon), Cu Chi memiliki tiga saf. Saf pertama bertinggi 3 meter, saf kedua 6 meter, dan saf ketiga 10 meter. Banyak area yang menjadi tempat tinggal. Untuk menghubungkannya, dibuat terowongan kecil yang hanya bisa dilewati secara jongkok oleh orang-orang kecil seperti orang Vietnam.
Di terowongan ini terdapat rumah sakit untuk merawat yang sakit, dapur, tempat sekolah, juga tempat membuat senjata. Tentara, wanita, dan anak-anak hidup di sini selama perang lawan AS.
Jangan harap mudah menemukan tempat ini. Kalaupun bisa, paling hanya sebagian dan akan kehilangan bagian lainnya. Sebab, terowongan ini dibuat dengan pintu masuk amat kecil, hanya cukup untuk ukuran orang Vietnam yang kecil. Memang ada pintu-pintu cukup besar, tetapi sangat tersembunyi dan dijaga ketat.
“Setiap sektor di terowongan dipimpin oleh empat orang. Mereka hanya menguasai sektornya saja. Dengan demikian, jika tertangkap, mereka tak bisa menjelaskan bagian lainnya. Hanya para pimpinan yang tahu detail peta terowongan bawah tanah itu,” papar Hung.
Setiap ruang di terowongan itu juga hanya dihubungkan terowongan amat kecil. Hanya bisa dilewati dengan cara jongkok. Bagi orang Vietnam yang dulu kecil-kecil, ini amat mudah. Bagi tentara AS yang besar dan tinggi, mereka jelas kesulitan, bahkan tak bisa masuk.
AS amat kesulitan mencari dan mengatasi perlawanan Vietnam. Terowongan itu sering dibuat sampai ke bawah markas AS. Mereka muncul, senantiasa membuat teror. Oleh karena itu, tentara AS tak pernah dibuat aman.
Beberapa kali AS berusaha menemukan dan menghancurkan terowongan ini, tetapi tak pernah berhasil. Padahal, AS sampai mengeluarkan senjata-senjata berat berupa bom-bom besar.
“Terowongan ini dibuat dengan pertimbangan dan desain yang bagus. Mungkin AS bisa mengebom, tapi hanya bisa merusak lapisan atas. Lapisan lainnya tetap aman. Bahkan, AS pernah memasukkan zat kimia, tapi tetap saja gagal masuk ke bagian paling vital,” ungkap Hung.
Maka, AS tak pernah sukses melawan Vietnam. Bahkan, beberapa kali mereka terjebak oleh senjata-senjata rahasia Vietnam yang sederhana, tetapi berdampak besar. Bahkan, tank-tank AS pun sering bisa dilumpuhkan.
Selama AS berada di Vietnam, Vietkong (orang Vietnam yang membela Vietnam Utara pro kemerdekaan) berada di terowongan itu, terutama Vietkong yang berada di Vietnam Selatan. Terowongan ini menjadi basis perlawanan terhadap AS. Jadi, AS harus menghadapi Vietkong dari terowongan, juga dari Vietnam Utara.
Satu-satunya jalan agar selamat memang tetap tinggal di terowongan itu. Adapun makan-minum dan kebutuhan lain disuplai oleh para Vietkong yang menyamar. Selain itu, jika malam hari, sebagian keluar mencari makanan dan mencari senjata. Mereka juga punya tempat kerja untuk membuat senjata-senjata sederhana.
Dari hari ke hari, Vietkong yang tinggal di terowongan itu makin banyak. Bahkan, puncaknya mencapai 10.000 orang, baik tentara gerilyawan, wanita, dan anak-anak. Terowongan itu juga dilengkapi lubang udara yang rapi dan bisa masuk secara menyeluruh. Sebagian lubang udara terdapat di gundukan tanah yang dibuat menyerupai sarang semut. Selain itu, lubang juga ada di bawah pohon-pohon yang tertutup akar.
Akhirnya, pada 1975, AS menyerah dan memutuskan kembali ke negaranya. Vietnam pun merdeka, dan Vietkong yang hidup di terowongan pun keluar merayakan kemenangan itu.
Baru tahun 1975 itu pula Vietkong yang tinggal di bawah tanah keluar secara bebas. Artinya, mereka hidup di bawah tanah sekitar 20 tahun. Sebuah rekor luar biasa. Ini berkat desain Cu Chi yang sangat bagus dan mengagumkan.
Terowongan Cu Chi pun kini dirawat oleh Pemerintah Vietnam. Sebab, ini menjadi simbol kemenangan mereka atas AS, sumber sekaligus simbol frustrasi dan kekalahan AS. Saat ini, Cu Chi justru menjadi obyek wisata yang menarik.
Sebagai tempat komunitas Vietkong, terowongan Cu Chi memiliki banyak kisah. Salah satunya seorang ibu terpaksa membunuh anak sendiri di terowongan itu.
Sepanjang Perang Vietnam antara tahun 1955 sampai 1975, Amerika Serikat (AS) selalu disulitkan oleh pola gerilya Vietkong. Sebab, mereka selalu bersembunyi di terowongan yang tak mungkin bisa dikejar tentara AS.
Namun, tentara AS selalu berusaha menemukan terowongan demi terowongan, kemudian dihancurkan dengan bom. Beberapa kali, tentara AS memang berhasil menemukan dan sukses menghancurkannya. Namun, ternyata itu hanya sebagian kecil dari 250 kilometer terowongan yang dibuat Vietkong.
“Tentara AS hanya mampu menghancurkan lapisan pertama terowongan itu. Selebihnya, mereka tak bisa menjangkau lapisan atau bagian lain. Sebab, AS benar-benar buta tentang peta terowongan itu,” ungkap Hung Tran, seorang pengusaha wisata yang ayahnya tentara Vietnam.
Namun, tak jarang pula bom yang diledakkan AS di sekitar terowongan cukup mematikan puluhan, bahkan ratusan Vietkong dan keluarganya. Namun, hanya wilayah itu yang hancur, tak sampai merambah wilayah lain. Sebab, terowongan itu sangat panjang dan luas.
Suatu hari, AS mengerahkan pasukan terbesarnya untuk mencari dan menghancurkan terowongan Vietkong. Rupanya, ini juga diketahui para Vietkong sehingga mereka tetap bersembunyi di ruang-ruang bawah tanah.
Di salah satu sektor ruang bawah tanah, ada seorang ibu yang akan melahirkan. Ibu tersebut bernama Lny. Sementara itu, tentara AS tepat berada di atas mereka.
Karena sudah saatnya, anak itu terlahir pula. Seperti halnya bayi yang baru lahir, anak itu pasti menangis. Namun, sebelum anak itu bisa mengeluarkan suara, Lny memencet hidungnya agar tak menangis, sampai meninggal dunia.
“Ini dia lakukan sebagai bentuk pengorbanan kepada negara dan komunitas Vietkong. Sebab, jika anak itu sampai menangis, maka tentara AS di atasnya akan mendengar sehingga sektor itu bisa dihancurkan dan akan ada puluhan atau bahkan ratusan korban jiwa,” cerita Nhi Nguyen, wanita asal Mekong.
Bayi Lny meninggal, tetapi komunitas Vietkong di sektor itu selamat. Sebab, tentara AS tak menemukannya. Lny sendiri, setelah sehat, akhirnya memutuskan menjadi tentara wanita melawan AS.
Di Vietnam banyak ditemukan orang cacat sejak lahir, karena pengaruh zat kimia tinggalan senjata tentara Amerika Serikat
Namun, setelah merdeka pada 1975, dia tak bisa ikut merasakan kebahagiaan seperti orang Vietnam lainnya. Sebab, Lny menjadi gila karena merasa berdosa kepada anaknya dan sangat kehilangan.
“Lny ke mana-mana membawa boneka dan sering menangis. Namun, Pemerintah Vietnam merawat dan menghidupinya, juga menganggapnya sebagai salah satu pahlawan,” cerita Nhi.
Tak hanya itu kisah sedih seputar Cu Chi. Saking kesulitan dan mangkelnya, AS sering menyerang membabi buta ke wilayah-wilayah terowongan. Bahkan, ditengarai mereka juga menggunakan zat kimia.
“Efek zat kimia sangat luar biasa. Sampai perang usai, masih berdampak karena sudah merasuk ke udara, air, dan tanaman,” timpal Hung Tran.
Karena itu, di wilayah Cu Chi akhirnya banyak anak yang lahir dalam keadaan cacat. Ini karena pengaruh sisa-sisa zat kimia dari senjata AS.
“Pemerintah Vietnam menyediakan fasilitas pendidikan buat mereka dan menjamin penghidupannya. Yang bisa diajarkan untuk mandiri diberi berbagai pendidikan dan keterampilan sehingga nanti bisa mandir. Sementara itu, yang tak bisa mandiri dipelihara oleh negara,” terang Nhi.
Orang-orang Amerika sendiri kini sering berkunjung ke Vietnam untuk berwisata. Mereka kadang mengunjungi orang-orang yang terlahir cacat akibat kimia tinggalan AS tersebut.
“Banyak orang Amerika yang sampai menangis sedih menyaksikan akibat dari serangan mereka pada masa perang. Mereka kemudian meminta maaf,” ungkap Hung.
7. Pembantaian My Lai
Pembantaian Mỹ Lai adalah pembantaian yang dilakukan oleh tentara AS terhadap ratusan warga sipil Vietnam yang tidak bersenjata, dan kebanyakan perempuan dan anak-anak, pada 16 Maret 1968, pada saat Perang Vietnam. Pembantaian ini menjadi lambang kejahatan perang Amerika di Vietnam, dan segera membangkitkan kemarahan di seluruh dunia serta mengurangi dukungan masyarakat di dalam negeri terhadap perang itu sendiri. Peristiwa ini kadangkala juga dikenal dengan nama Pembantaian Son My atau Pembantaian Song My.
• Latar belakang
Pada saat Perang Vietnam, Provinsi Quang Ngai di Vietnam Selatan dicurigai menjadi tempat perlindungan kaum gerilyawan Angkatan Bersenjata Pembebasan Rakyat dan kader-kader lainnya dari Front Nasional untuk Pembebasan Vietnam (FNPV), yang juga disebut "Viet Cong" atau "VC" oleh pasukan-pasukan AS dan simpatisan mereka. Tempat ini secara tidak resmi disebut Pinkville (karena warna merah jambu yang dicetak pada peta) oleh militer AS, dan provinsi ini sering dibom dan ditembaki. Pada 1968 hampir semua rumah di seluruh provinsi ini telah hancur atau rusak.
Militer menganggap penting bahwa para tenaga lapangan FNPV dimusnahkan. Karena itu, mereka tidak mengukur kesuksesan dari berapa banyak wilayah atau lokasi strategis yang direbut (misalnya), melainkan berdasarkan "jumlah mayat" mereka - jumlah keseluruhan yang mereka curigai sebagai tenaga lapangan FNPV yang terbunuh.
Tentara dianjurkan oleh atasan mereka untuk melebih-lebihkan perhitungan mereka untuk memberikan kesan keberhasilan militer. Karena tekanan itu, dan karena kenyataannya seringkali para tenaga lapangan FNPV sulit sekali dibedakan dari rakyat biasa, seringkali ada kesenjangan yang sangat luas antara jumlah mayat yang dilaporkan dalam suatu misi tertentu dengan jumlah senjata musuh yang direbut.
Menurut Doug Linder, profesor hukum di Universitas Missouri-Kansas City, para G.I. menyebarkan lelucon bahwa "apapun yang mati dan bukan putih adalah VC [Viet Cong]" dengan tujuan menghitung mayat semata. Tidak diragukan bahwa banyak warga sipil yang terbunuh di provinsi itu, sehingga semakin membakar sentimen anti-Amerika yang sudah ada di wilayah tersebut.
Para pemberontak kadang-kadang ditampung dan dilindungi oleh warga sipil di daerah itu. Namun, tentara-tentara Amerika merasa frustrasi karena keterlibatan rakyat setempat. Ditambah dengan ketidakmampuan mereka untuk mengejar musuh yang selalu lolos dan meluasnya rasa takut akan disergap, kemarahan ini semakin menambah kemungkinan mereka melakukan balas dendam yang kejam terhadap warga sipil.
• Pembantaian
Charlie Company (Kompi C), Brigade ke-11, Divisi Americal tiba di Vietnam pada Desember 1967. Bulan pertama mereka di Vietnam berlalu tanpa kontak langsung dengan musuh.
Pada Serangan Tet, Januari 1968, serangan-serangan dilakukan di Quang Ngai oleh Batalyon ke-48 dari FNPV. Intelijen militer AS membentuk pandangan bahwa Batalyon ke-48, setelah mengundurkan diri, berlindung di desa Son My. Sejumlah kampung tertentu di desa itu - yang dinamai sebagai My Lai 1, 2, 3 dan 4 (yang dijuluki "Pinkville" ) - dicurigai melindungi anggota Batalyon itu. Suatu serangan besar-besaran terhadap kampung-kampung itu direncanakan oleh pasukan-pasukan AS.
Pada malam menjelang serangan itu, Charlie Company dinasihati oleh komando militer AS bahwa warga yang benar-benar sipil di My Lai akan meninggalkan rumah mereka untuk pergi ke pasar pada pukul 7 pagi hari berikutnya. Mereka diberitahukan bahwa mereka dapat menyimpulkan bahwa semua orang yang tinggal di rumah pastilah Viet Cong atau simpatisan aktif Viet Cong. Mereka diperintahkan menghancurkan desa itu. Pada saat briefing (taklimat), Kapten Ernest Medina ditanyai apakah perintah itu termasuk membunuh kaum perempuan dan anak-anak; mereka yang hadir dalam briefing itu belakangan memberikan jawaban yang berbeda-beda tentang tanggapan Medina.
Pasukan-pasukan AS tidak menemukan pemberontak di desa itu pada pagi hari 16 Maret 1968. Tentara-tentara itu, satu pleton yang dipimpin oleh Letnan William Calley, membunuh ratusan warga sipil – terutama kaum lelaki tua, perempuan, anak-anak, dan bayi. Sebagian disiksa atau diperkosa. Lusinan digiring ke sebuah lubang dan ditembak mati dengan senjata otomatis.
Pada satu kesempatan, Calley mengungkapkan maksudnya untuk melemparkan sejumlah granat ke sebuah liang yang penuh dengan warga desa. Jumlah yang pasti dari orang-orang yang terbunuh berbeda-beda dari sumber yang satu ke sumber lainnya; yang paling sering disebut adalah 347 dan 504 korban. Sebuah peringatan di tempat pembantaian itu mencantumkan 504 nama, dengan usia yang merentang dari 82 tahun yang paling tua hingga 1 tahun yang paling muda. Menurut laporan seorang letnan Angkatan Darat Vietnam Selatan kepada para atasannya, ini adalah suatu insiden pertumpahan darah yang "mengerikan" oleh suatu pasukan bersenjata yang berusaha melampiaskan kemarahannya.
Seorang awak helikopter Angkatan Darat AS menyelamatkan sejumlah warga sipil dengan cara mendarat di antara pasukan-pasukan Amerika dan sisa-sisa orang Vietnam yang bersembunyi di lubang perlindungan. Penerbang berusia 24 tahun, Perwira yang diberi kuasa Hugh Thompson, Jr., mengkonfrontir para pemimpin pasukan itu dan mengatakan kepada mereka bahwa helikopternya yang dilengkapi persenjataan akan menembaki mereka bila mereka melanjutkan serangan atas warga sipil.
Dengan dukungan dua anggota lainnya dari awak helikopter itu — Spesialis Lawrence Colburn dan Spesialis Glenn Andreotta — Thompson mengarahkan evakuasi desa itu. Para awak itu dipuji karena berhasil menyelamatkan sekurang-kurangnya 11 jiwa, namun lama sesudah itu mereka dikecam sebagai pengkhianat. Pada 8 April 1968, Glenn Andreotta dan Charles Dutton, para awak di pesawat pengintai OH-13 (62-03813) "Warlord", terbunuh ketika pesawat mereka ditembak jatuh dan terbakar. Baru 30 tahun kemudian, setelah sebuah laporan televisi mengenai kejadian itu, ketiga perwira ini dianugerahi Medali Prajurit, penghargaan tertinggi angkatan darat untuk keberanian tanpa melibatkan kontak langsung dengan musuh.
Pada musim semi 1972, kamp (di My Lai 2) tempat mereka yang bertahan pada pembantaian My Lai itu dipindahkan, dihancurkan oleh pengeboman udara dan artileri ARVN (Vietnam Selatan). Penghancuran itu dipersalahkan pada teror Viet Cong. Namun, kebenarannya diungkapkan oleh para relawan Quaker di tempat itu, melalui kesaksian oleh Martin Teitel pada kesempatan "hearing" di hadapan Sub-komite untuk Menginvestigasi Masalah-masalah yang Terkait dengan Pengungsi dan Pelarian pada Mei 1972. Bulan Juni tahun yang sama laporan Teitel tentang kejadian itu muncul dalam koran New York Times.
• Upaya untuk menutup-nutupi
Penelitian-penelitian awal mengenai insiden My Lai ini dilakukan oleh Komandan Brigadi Infantri Ringan ke-11, Kolonel Oran Henderson, berdasarkan perintah dari Perwira Asisten Komandan America, Brigadir Jenderal Young.
Hendersen mewawancarai sejumlah perwira yang terlibat dalam insiden ini, kemudian mengeluarkan sebuah laporan tertulis pada akhir April, yang isinya menyatakan bahwa sekitar 20 warga sipil secara tidak sengaja terbunuh pada operasi militer di My Lai. Pada saat ini tentara masih menggambarkan perisitwa ini sebagai kemenangan militer yang mengakibatkan kematian 128 orang pada pihak lawan.
Enam bulan kemudian, seorang perwira muda dari Infantri Ringan ke-11 (Brigade Jagal) yang bernama Tom Glen menulis surat yang menuduh Divisi Americal (dan seluruh satuan lainnya dari militer AS, bukan hanya pribadi-pribadi) telah melakukan kebrutalan rutin terhadap warga sipil Vietnam. Surat itu sangat rinci isinya, tuduhannya mengerikan, dan isinya menggemakan keluhan-keluhan yang diterima dari tentara-tentara lain.
Colin Powell, yang saat itu seorang Mayor muda di Angkatan Darat AS, diperintahkan meneliti surat itu, yang tidak secara spesifik mengacu kepada My Lai (Glen belum mengetahui kejadian-kejadian di sana). Powell menulis: "Sebagai bantahan langsung terhadap penggambaran ini adalah kenyatan bahwa hubungan antara tentara-tentara Amerika dan rakyat Vietnam sangat baik." Belakangan, bantahan Powell disebut sebagai upaya "memutihkan" berita tentang My Lai, dan pertanyaan-pertanyaan tetap disembunyikan dari publik.
Pada 4 Mei 2004, Powell, yang saat itu merupakan Menteri Luar Negeri AS, berkata kepada Larry King, "Maksud saya, saya berada dalam kesatuan yang bertanggung jawab atas My Lai. Saya tiba di sana setelah My Lai terjadi. Jadi, dalam peperangan, hal-hal yang mengerikan seperti ini sesekali terjadi, namun semuanya itu harus disesali."
Bangkai di My Lai itu mungkin akan lenyap dalam sejarah apabila bukan karena seorang perwira lainnya, Ron Ridenhour, yang, secara bebas dari Glen, mengirimkan surat kepada Presiden Nixon, Pentagon, Departemen Luar Negeri, Kepala Angkatan Bersenjata, dan sejumlah anggota Kongres.
Salinan-salinan surat ini dikirim pada Maret 1969, tepat setahun setelah kejadian itu. Kebanyakan penerima surat Ridenhour mengabaikannya, kecuali anggota Dewan Perwakilan Morris Udall. Ridenhour mengetahui tentang kejadian-kejadian di My Lai lewat orang lain, melalui pembicaraan dengan anggota-anggota Charlie Company, sementara ia masih menjadi tentara. Akhirnya, Calley dituduh melakukan sejumlah pembunuhan terencana pada September 1969, dan 25 perwira lainnya serta relawan belakangan didakwa dengan kejahatan-kejahatan terkait. Baru dua bulan kemudian publik Amerika mengetahui tentang pembantaian dan peradilan itu.
Wartawan investigatif independen Seymour Hersh, setlah percakapan menadlam dengan Ridenhour, membuka cerita My Lai pada 12 November 1969, dan pada 20 November majalah Time, Life dan Newsweek semuanya meliput kisahnya, dan CBS menyiarkan di televisi wawancara dengan Paul Meadlo.
The Plain Dealer (Cleveland) menerbitkan foto-foto yang sangat jelas tentang penduduk desa yang mati terbunuh di My Lai. Sebagaimana terbukti dari komentar-komentar yang dibuat pada percakapan telepon 1969 antara Penasihat Keamanan Nasional AS Henry Kissinger dan Menteri Pertahanan Melvin Laird, yang baru-baru ini diungkapkan oleh Arsip Keamanan Nasional, foto-foto tentang kejahatan perang itu terlalu mengejutkan para perwira senior hingga mereka tidak bisa dengan efektif menutup-nutupinya. Menteri Pertahanan Laird terdengar mengatakan, "Ada terlalu banyak mayat anak-anak yang berserakan di sana; foto-foto ini memang otentik."
• Pengadilan militer
Pada 17 Maret 1970, Angkatan Darat A.S. mendakwa 14 perwiranya telah menyembunyikan informasi yang berkaitan dengan insiden ini. Kebanyakan dari dakwaan ini kemudian dibatalkan.
Letnan A.D. William Calley dinyatakan bersalah pada 1971 telah melakukan pembunuhan terencana dengan memerintahkan penembakan dan mulanya dijatuhi hukuman penjara seumur hidup. Namun dua hari kemudian, Presiden Richard Nixon memerintahkan ia dibebaskan dari penjara. Calley menjalani tahanan rumah selama 3½ tahun di markasnya di Fort Benning, Georgia, dan kemudian diperintahkan bebas oleh seorang hakim federal. Calley mengklaim bahwa ia cuma mengikuti perintah dari kaptennya, Ernest Medina; Medina menyangkal bahwa ia telah memberikan perintah itu, dan dibebaskan dalam peradilan yang terpisah.
Kebanyakan dari para perwira yang terlibat dalam insiden My Lai ini tidak mendaftar lagi di angkatan bersenjata. Dari ke-26 orang yang mula-mula dikenai dakwaan, Letnan Calley adalah satu-satunya yang dinyatakan terbukti bersalah.
• Sesudah pembantaian
Berita yang meledak mengenai pembantaian ini membangkitkan kemarahan gerakan perdamaian Amerika, yang menuntut penarikan mundur pasukan-pasukan AS dari Vietnam. Hal ini juga menyebabkan lebih banyak calon wajib militer yang mendaftarkan diri sebagai penentang berdasarkan nurani. Mereka yang telah selamanya menentang perang merasa menang; dan mereka yang berada di pinggiran gerakan menjadi lebih vokal.
Namun pergeseran yang lebih besar terjadi pada sikap masyarakat umum terhadap perang Vietnam. Orang yang sebelumnya tidak tertarik akan perdebatan perang/damai mulai menganalisis masalahnya dengan lebih cermat. Kisah-kisah mengerikan tentang prajurit-prajurit yang lain mulai ditanggapi lebih sungguh-sungguh, dan pelanggaran-pelanggaran lainnya muncul ke permukaan.
Sebagian dari kemarahan publik kemudian diarahkan kepada para prajurit itu sendiri. Citra veteran Vietnam yang bermasalah semakin meningkatkan kesulitan para prajurit yang bergumul dengan gangguan stres pasca-trauma, penyalahgunaan obat-obatan dan ketiadaan tempat tinggal.
Sebagian pengamat militer menyimplkan bahwa My Lai memperlihatkan kebutuhan akan relawan dalam jumlah yang lebih banyak dan dengan kualitas yang lebih baik untuk memberikan kepemimpinan yang lebih kuat di antara anggota pasukan. Sementara pertempuran Vietnam berlarut-larut, jumlah tentara karier yang terdidik baik dan berpengalaman di garis depan menurun dengan drastis sementara bertambahnya korban dan rotasi pasukan mengakibatkan pukulan hebat.
Para pengamat ini mengklaim bahwa tidak adanya orang-orang muda yang cerdas yang tidak ikut serta dalam wajib militer karena mereka menjadi mahasiswa atau melayani di dalam negeri, menyebabkan sangat berkurangnya jumlah perwira baru yang baik. Banyak perwira baru yang usianya bahkan belum lagi 20 tahun, seringkali kurang cerdas dan tidak bertanggung jawab.
Mereka menunjuk kepada Calley, seorang pemuda pengangguran dan putus sekolah di perguruan tinggi, sebagai contoh tentang seseorang yang masih mentah dan tidak berpengalaman, yang dipaksa segera menjalani latihan perwira.
• Yang terlibat
Pleton Satu
William Calley - Letnan yang memimpin Kompi C, satu-satunya orang yang terbukti bersalah:
David Mitchell – Sersan
Ronald L. Haeberle - Juru foto kompi
Charles Sledge - Operator Radio - memberi kesaksian bahwa ia melihat Calley dengan sengaja membunuh seorang anak kecil.
Paul Meadlo - Prajurit Satu - memberi kesaksian bahwa ia takut ditembak bila ia tidak ikut serta
Dennis Conti - Prajurit Satu - mengaku mulanya ia tersesat, dan harus mencari kompinya
James Dursi - Prajurit Satu
Allen Boyce - Prajurit Satu
Ronald Grzesik - Prajurit Satu
Robert Maples - Prajurit Satu, mengaku menolak ikut serta
Varnado Simpson - Prajurit Satu, bunuh diri karena rasa berasalah dalam tragedi My Lai
Harry Stanley - mengaku menolak ikut serta
Gary David Roschevitz - tidak diketahui nasibnya
Elmer Haywood - tidak diketahui nasibnya
William Lloyd - tidak diketahui nasibnya
Lenny Lagunuy - tidak diketahui nasibnya
Sidney Kye - tidak diketahui nasibnya
Robert Bergthold - tidak diketahui nasibnya
Robert Mauro - tidak diketahui nasibnya
Robert Lee - tidak diketahui nasibnya
Isaiah Cowan - tidak diketahui nasibnya
Bruce Cox - tidak diketahui nasibnya
Harry Stanley - tidak diketahui nasibnya
Charles Hall - tidak diketahui nasibnya
Roy Wood - tidak diketahui nasibnya
Herbert Carter - tidak diketahui nasibnya
David Mitchell - tidak diketahui nasibnya
Gregory Olsen - tidak diketahui nasibnya
Daniel Simone - tidak diketahui nasibnya
Intervensi
Hugh Thompson, Jr. - Perwira yang diberi kuasa
Lawrence Colburn - Juru tembak di helicopter
Glenn Andreotta - Kepala awak helicopter
Dan Millians - Penerbang evakuasi medis
Brian Livingstone - Penerbang evakuasi medis
Reginald Forsythe - Juru foto tempur
8. Ada Minyak, di Balik “Perang-Perangan” Vietnam
Ada yang menarik di tulisan Marshall Douglas Smith (2005) yang berjudul Black Gold Hot Gold. Seorang profesional dan praktisi bisnis perminyakan di AS ini menyebutkan bahwa perang Vietnam sebenarnya hanyalah “perang-perangan” yang sengaja dibuat untuk menutupi kepentingan bisnis minyak di sepanjang lepas pantai Vietnam, atau Laut Cina Selatan. Menurutnya, perang vietnam adalah perang yang sengaja tidak untuk dimenangkan. Mengapa? Karena, tujuannya memang bukan untuk kemenangan perang, namun sekedar untuk mengelabui kegiatan survei kandungan minyak di lepas pantai Vietnam.
Pada tahun 1945, sekitar akhir Perang Dunia II, ketika Jepang menyerah, Jenderal Douglas MacArthur menjadi Gubernur militer Jepang. Asisten Mac Arthur adalah Laurence Rockefeller, salah satu dari empat cucu John D. Rockefeller, pendiri raksasa perusahaan minyak AS, Standar Oil. Tepat sebelum Jepang menyerah, AS telah mempersiapkan invasi besar-besaran dengan menimbun banyak senjata dan amunisi di pulau Okinawa, sebagai basis pertahanannya. Sebuah persediaan persenjataan yang sangat cukup untuk menyerang Jepang. Apa yang pernah terjadi pada semua perlengkapan militer itu?
Oleh Laurence, sebagian besar senjata itu dijual kepada pemimpin Vietnam, Ho Chi Minh dengan harga sangat murah, atas dasar jasa baik Ho. Alasannya, Ho Chi Minh dianggap telah membantu sekutu dalam melawan Jepang selama perang. Namun demikian, alasan yang sesungguhnya adalah terkait dengan buku yang ditulis oleh Herbert Clark Hoover, seorang insinyur pertambangan dan ahli geologi dunia, yang kemudian menjadi presiden AS ke-31 (1929-1933). Dalam bukunya yang terbit tahun 1920, Hoover menyebutkan adanya potensi cadangan minyak sangat besar pada daerah sepanjang pantai Indo-China, atau yang kemudian dikenal dengan Vietnam.
Masalahnya, saat buku itu diterbitkan, Vietnam masih dikuasai (dijajah) oleh Perancis. Sementara itu, metode survei dan teknik pengeboran minyak lepas pantai belum berkembang seperti sekarang. Jelang kekalahan Jepang pada Perang Dunia II, kesempatan untuk menguasai daerah cadangan minyak itu terbuka. Caranya, adalah dengan melakukan penjualan senjata dengan harga murah kepada Ho Chi Minh yang dimaksudkan agar dapat mengusir Perancis dari Vietnam.
Rockefeller Laurence berpikir bahwa ia akan bisa “menipu” Ho Chi Minh dengan menawarkan senjata untuk mengusir Perancis, kemudian Standar Oil akan mengambil alih ladang lepas pantai yang belum berkembang. Namun, pada tahun 1954, ketika Vietnam, melalui Jenderal Giap akhirnya berhasil mengalahkan dan mengusir Perancis di Dien Bien Phu, ternyata Ho mengingkari kesepakatan. Mengapa? Karena, ternyata rahasia buku Hoover telah diketahui oleh banyak pihak, termasuk Perancis, Vietnam, Jepang dan Cina. Itulah pula, mengapa sekitar tahun 1950-an, sejak lepasnya Vietnam, Perancis cukup sewot terhadap AS, dimana Presiden Perancis Charles De Gaul ingin keluar dari NATO.
Ho Chi Minh dianggap tidak akan membiarkan Standard Oil seenaknya dalam menguasai ladang minyak Vietnam. Maka, Vietnam pun dicap sebagai negara komunis, karena memiliki pandangan bahwa minyak akan dikuasai oleh negara, milik masyarakat, sehingga tidak ada ruang bagi perusahaan minyak swasta, seperti Standar Oil untuk mengembangkan bisnisnya. Rencana perlawanan pun disusun dengan “menyewa” anak muda Amerika berperang melawan Vietnam “komunis”. Komunisme menjadi isu Amerika dalam membenarkan intervensi dan peperangan di Vietnam.
Selanjutnya, terjadilah perang Vietnam selama 20 tahun (1955-1975), yang menurut Smith tak lain adalah sebuah “penipuan minyak”. Amerika melawan tentara Vietnam yang senjatanya diperoleh dari AS sendiri dengan harga sangat murah. Pertanyaan yang muncul, meskipun senjata AS sangat unggul dan telah kehilangan 57.000 orang Amerika, dan 500.000 orang Vietnam, mengapa AS tidak berhasil memenangkan “perang?”.
Mengapa Presiden AS memerintahkan tentaranya yang dipastikan mereka tidak akan menang untuk mundur? Mengapa Henry Kissinger, seorang asisten pribadi untuk Nelson Rockefeller (Wapres AS 1974-1977) menghabiskan begitu banyak waktu di Paris untuk pembicaraan damai, dan tidak pernah pergi secara langsung ke Vietnam selama bertahun-tahun? Jawabannya, adalah amat mungkin bahwa memenangkan “perang” itu bukan bagian dari rencana para penguasa bisnis energi. Sangat mungkin, bahwa lamanya waktu “perang” adalah jauh lebih penting dari kemenangan atas perang itu sendiri.
Pada tahun 1950 metode eksplorasi minyak bawah laut lebih dikembangkan dengan menggunakan ledakan kecil di dalam air, sehingga menghasilkan efek gema suara yang memantul dari berbagai lapisan batuan di bawahnya. Dengan metode ini, surveyor kemudian bisa menentukan lokasi yang tepat, dimana akumulasi cadangan minyak yang besar terdapat dibawahnya. Jika metode ini digunakan di lepas pantai Vietnam, maka Standar Oil dianggap tidak memiliki hak, sehingga Vietnam, Cina, dan Jepang mungkin akan beradu cepat dengan Perancis untuk mengadu pada PBB, bahwa Amerika telah mencuri minyak, dan diminta untuk segera menutup operasinya.
Itulah gunanya perang Vietnam. Kegiatan survei cadangan minyak dapat dilakukan dengan tanpa kekhawatiran pengaduan negara-negara lain ke PBB. Pada tahun 1964, setelah Vietnam terbagi menjadi dua, yaitu Vietnam Utara dan Vietnam Selatan, serta peristiwa “Teluk Tonkin”, beberapa kapal induk AS ditempatkan di lepas pantai Vietnam, dan “perang” pun dimulai. Setiap hari ada pesawat jet lepas landas menuju lokasi pengeboman di Utara dan Vietnam Selatan.
Selanjutnya, dengan menggunakan prosedur militer yang normal, pesawat itu kembali ke kapal induk, lalu membuang ledakan bom yang tersisa di laut sebelum kembali mendarat. Tentu saja, pengeboman “bohong-bohongan” dilakukan di zona aman yang telah ditentukan, jauh dari posisi oeperasi survei. Para pengamat hanya akan melihat ledakan kecil yang terjadi setiap hari di perairan Laut Cina Selatan dan berpikir itu hanya bagian dari “perang.”
Untuk menutupi fakta bahwa perang Vietnam hanyalah “perang-perangan”, “perang palsu”, atau bukan perang sesungguhnya, maka diperlukan alasan yang memadai untuk mengakhiri perang. Apa yang dilakukan? Pada akhir 1960, Standar Oil merekrut banyak pemuda idealis yang menentang perang dan wajib militer. Perusahaan minyak ini memberikan dukungan penuh pada mereka dalam hal bantuan keuangan dan organisasi.
Mereka, para pemuda idealis tersebut, diorganisir dan sepenuhnya didukung untuk melakukan demonstrasi besar-besaran secara terus-menerus yang menyatakan anti perang Vietnam sepanjang tahun 60-an hingga 70-an. Ternyata, hampir tidak ada demonstran yang tahu bahwa mereka sedang diperalat atau dimanfaatkan oleh kepentingan pengusaha minyak tersebut. Sebuah keadaan yang dianggap memiliki kaitan dengan mundurnya Presiden Nixon atas kasus Watergate, kemudian digantikan oleh Gerald Ford dengan wakilnya Nelson Rockefeller, salah seorang cucu pendiri Standar Oil.
Pada tahun 1995, jelang normalisasi hubungan AS-Vietnam, dalam sebuah siaran TV BBC tentang industri minyak, presiden salah satu perusahaan minyak, anak perusahaan dari Standar, dengan enteng menyatakan,“.... Itu hanya kebetulan, bahwa kami baru selesai melakukan survei minyak lepas pantai disaat hampir bersamaan dengan hari terakhir perang, seperti helikopter terakhir meninggalkan atap kedutaan di Saigon... “.
Benarkah hanya kebetulan? Pada 15 tahun kemudian, usai penyatuan kembali Vietnam Utara dan Vietnam Selatan (1975), ketika kebanyakan orang sudah lupa tentang “perang,” dan saat Vietnam membutuhkan uang tunai, maka eksplorasi minyak lepas pantai pun mulai dimungkinkan bagi perusahaan swasta asing. Pembagian zona eksplorasi minyak pun dilakukan oleh pemerintah Vietnam, untuk kemudian ditawarkan kepada sejumlah perusahaan minyak asing dari berbagai negara.
Beberapa perusahaan minyak dari 12 negara mengajukan penawaran. Antara lain, Statoil Norwegia, British Petroleum, Royal Shell Belanda, bahkan Rusia, Jerman dan Australia pun termasuk dalam tawaran eksplorasi tersebut. Bagaimana hasilnya? Perusahaan dari berbagai negara yang melakukan pengeboran di bagian ladang mereka hanya mendapatkan lubang kering tanpa hasil minyak. Hanya perusahaan milik “Amerika” yang berhasil menangguk kuntungan miliaran dolar, di ladang Golden Dragon, Blue Lotus, dan White Tiger, ladang minyak di Laut Cina Selatan, lepas pantai Vietnam.
Apakah semuanya itu hanya kebetulan? Apakah perusahaan minyak AS itu hanya sedang beruntung saja? Tentu saja tidak. Perusahaan AS telah tahu letak cadangan minyak, sementara perusahaan-perusahaan minyak negara lainnya tidak. Mengapa lebih tahu? Karena, mereka telah melakukan survei selama 10 tahun, saat perang Vietnam berlangsung. Itulah hebatnya Amerika! Peluang bisnis di Vietnam kian terbuka, dan pada tahun 1995 hubungan Vietnam-AS pun dinormalisasi.
9. Pengaruh Perang Vietnam Terhadap Kehidupan Masyarakat
Perang Vietnam sudah berlalu puluhan tahun silam, namun bekasnya masih dirasakan oleh jutaan orang yang terlibat langsung ataupun tidak langsung hingga kini dan entah hingga kapan. Salah satu kisah yang sangat tragis dan masih menyisakan duka lara yang mendalam dan masih terus ada hingga kini adalah korban dampak dari Agent Orange.
Seperti inilah Kelakuan Pengecut 'Serdadu Amerika' menyemprotkan Agent Orange untuk menghancurkan musuh mereka. Apakah Agent Orange itu? Agen Oranye atau “Super Oranye” adalah julukan yang diberikan untuk herbisida dan defolian yang digunakan oleh Militer Amerika Serikat dalam peperangan herbisida (herbicidal warfare) selama Perang Vietnam. Dalam peperangan herbisida tersebut, sejumlah herbisida termasuk Agen Oranye digunakan dengan maksud untuk menghancurkan produksi bahan pangan dan pepohonan yang dijadikan sebagai tempat bersembunyinya musuh. Agen Oranye digunakan dari 1961 hingga 1971, dan di antara semua peptisida yang pernah dipakai, “herbisida pelangi” yang yang paling berbahaya.
Degradasi Agen Oranye (maupun Agen Ungu, Merah Jambu, dan Hijau) melepaskan dioxin, yang dituduh telah membahayakan kesehatan mereka yang terpaparkan pada masa Perang Vietnam. Agen Biru dan Putih adalah bagian dari program yang sama tetapi tidak mengandung dioxin. Studi tentang penduduk yang terpapar dioxin, meskipun tidak harus Agen Oranye, menunjukkan meningkatnya risiko berbagai tipe kanker dan cacat genetis.
Dampak paparan pada tingkat rendah untuk jangka waktu yang lama belum dapat dipastikan. Sejak 1980-an, sejumlah tuntutan hukum telah diajukan terhadap perusahaan-perusahaan yang memproduksi Agen Oranye, di antaranya adalah Dow Chemical, Monsanto dan Diamond Shamrock (menghasilkan hanya 5%). Para veteran AS memperoleh ganti rugi sebesar AS$180 juta pada 1984, dan para veteran yang paling besar terkena akibatnya menerima ganti rugi satu kali sebesar AS $1.200.
Para veteran Amerika dari perang di Vietnam berusaha memperoleh pengakuan tentang Agen Oranye, kompensasi dan perawatan untuk penderitaan yang mereka dan anak-anak mereka alami karena Agen ini; banyak veteran Vietnam yang terpapar Agen Oranye tidak berhasil memperoleh perawatan medis yang telah dijanjikan melalui sistem medis Departemen Urusan Veteran dan hanya dalam kasus-kasus yang istimewa anak-anak mereka yang terpengaruh berhasil mendapatkan bantuan kesehatan dari pemerintah.
Para veteran Vietnam dan keluarga mereka yang pertama kali mengajukan tuntutan atas Agen Oranye ini menyatakan 25 tahun yang lalu pemerintah “hanya menunggu kita semua mati”. Mereka menuduh bahwa kebanyakan dari mereka yang masih hidup akan mati karena akibat-akibat paparan racun ini selama beberapa tahun mendatang, sebelum mereka mencapai usia 65 tahun.
Walaupun mereka terlahir pasca perang Vietnam berakhir, namun anak-anak tak berdosa ini harus memikul dampak perang seumur hidup mereka dalam kesuraman. Kini Masih ada ribuan anak Vietnam yang hidup dalam pengaruh racun Agent Orange tersebut, masa depan mereka sungguh suram. Perang dari sudut manapun selalu meninggalkan luka dan bekas yang mendalam bahkan tak akan terhapus dihati hingga beratus-ratus tahun lamanya. Perang hanya menyisakan dendam dan kebencian. Namun Kenapa hingga saat ini masih ada banyak bangsa yang punya hobi perang walau dengan dalih mengamankan dunia dan mengatasnamakan pembela keamanan serta pemberantas terorisme dengan dasar pandangan mereka?
10. Pengaruh Perang Vietnam Terhadap Situasi Politik Di Asia Tenggara
Vietnam adalah salah satu negara di Semenanjung Indocina yang berada di wilayah Asia Tenggara. Vietnam mempunyai sejarah dan kaitan yang erat dengan perkembangan Perang Dingin yang terjadi antara Amerika Serikat dan Uni Soviet. Akibat perebutan pengaruh dan perluasan ideologi dari dua negara adidaya itu menyebabkan terjadinya perang saudara di wilayah Vietnam. Perang antara rezim Republik Vietnam Selatan yang didukung oleh Amerika Serikat dan rezim Republik Demokrasi Vietnam (Vietnam Utara) yang bergabung dengan Pemerintah Revolusioner Vietnam Selatan, termasuk pasukan Viet Cong yang didukung Uni Soviet dan RRC disebut Perang Vietnam. Perang saudara itu berlangsung cukup lama, yaitu sejak tahun 1950 sampai dengan tahun 1975.
Perang di Vietnam besar sekali pengaruhnya terhadap perkembangan politik dikawasan Asia, termasuk kawasan Asia Tenggara karena konflik tersebut ternyata juga merembet ke negara-negara Asia lainnya. Misalnya, di Kamboja yang juga mengalami perang saudara antara kaum Nasionalis dan Komunis secara langsung maupun tidak lansung juga disebabkan karena terjadinya perang Vietnam. Adapun pengaruhnya dari perang Vietnam antara lain sebagai berikut:
1. Bangsa-bangsa dikawasan Asia menjadi lebih waspada dan menjaga stabilitas keamanan di dalam negeri.
2. Meningkat kerja sama keamanan antar negara dalam suatu kawasan ASEAN.
3. Adanya kekhawatiran negara-negara asean akan meningkatnya pengaruh ideologi Komunis dikawasan Asia Tenggara.
4. Timbulnya kekhawatiran terjadinya perebutan pengaruh antara Cina dan Uni Soviet
5. Terjadinya invasi Vietnam ke Kamboja.
11. Peran Indonesia dalam Penyelesaian Masalah Vietnam
Sebagai negara ASEAN, Indonesia bersama negara ASEAN lainnya berusaha mengurangi kemungkinan timbulnya perembesan konflik bersenjata, diantara peran Indonesia dalam penyelesaian masalah Vietnam ialah sebagai berikut:
a. Pengiriman Pasukan Perdamaian Ke Vietnam
Indonesia berperan aktif dalam membantu penyelesaian konflik Vietnam. Kebijakan tersebut dilakukan dengan mengirimkan pasukan perdamaian di bawah PBB. Upaya Indonesia membantu penyelesaian konflik Vietnam dilakukan dengan mengirimkan pasukan garuda ke Vietnam selama 3 kali, antara lain sebagai berikut:
1) Pengiriman pasukan garuda IV ke Vietnam selatan pada januari 1973 Agustus 1973. Tugas pasukan garuda IV adalah melakukan pengawasan dan pengamatan gencatan senjata dan pertukaran tawanan perang Vietnam dibawah komando ICCS (International Commisionfor Controland Supervision).
2) Pengiriman pasukan garuda V ke Vietnam selatan pada tahun Agustus 1973 sampai September 1974. Tugas pasukan garuda V adalah melakukan pengawasan dan pengamatan gencatan senjata dan pertukaran tawanan perang dibawah komando ICCS (International Commisionfor Controland Supervision).
3) Pengiriman pasukan garuada VI ke Vietnam selatan pada April 1974. Tugas pasukan garuda VI adalah melakukan pengawasan dan pengamatan gencatan senjata dan pertukaran tawanan perang dibawah komando ICCS (International Commisionfor Controland Supervision).
b. Menyediakan tempat pengusian untuk warga Vietnam
12. Tokoh Berpengaruh dalam Perang Vietnam
a. Vo Nguyen Giap
Nama Vo Nguyen Giap, selamanya akan ditulis dengan tinta emas dalam sejarah Vietnam. Dia adalah jenderal yang jenius, yang berhasil mengusir penjajah Prancis dan kemudian memaksa Amerika Serikat hengkang. Giap adalah pahlawan besar nomor dua, setelah Ho Chi Minh -- yang mengantar negerinya menuju kemerdekaan.
Kini kabar duka datang. Giap dinyatakan meninggal dunia Jumat malam di rumah sakit militer di ibukota Hanoi -- di mana ia dirawat selama 4 tahun karena tubuhnya yang makin lemah digerogoti penyakit. Ia meninggal dalam usia 102 tahun. Kabar meninggalnya Giap tersebar ke seantero bumi, meski pihak pemerintah Vietnam belum mengumumkannya secara resmi.
Dijuluki 'Napoleon merah', Giap memimpin tentara gerilya yang memakai sandal jepit dari ban bekas, menyeret artileri di wilayah pegunungan, mengepung dan menghancurkan pasukan Prancis di Dien Bien Phu pada 1954. Kemenangan itu tak hanya membuat Vietnam merdeka, tapi juga menghapus kolonialisme di seluruh Indochina.
Giap juga mengalakan pemerintahan Vietnam Selatan yang didukung Amerika Serikat pada April 1975, menyatukan negara yang dulunya terbagi menjadi komunis dan non-komunis. Untuk mencapai kemenangan, tak jarang ia merelakan banyak korban nyawa jatuh.
"Tak ada perang kemerdekaan sebuah negeri yang sesengit dan merenggut banyak korban nyawa seperti ini (Perang Vietnam)," kata Giap pada 2005, seperti dimuat ABC News, Jumat 4 Oktober 2013.
"Kami kami terus berjuang untuk Vietnam. Tak ada yang lebih berharga daripada kemerdekaan dan kebebasan."
Ingatan Giap masih tajam meski telah sepuh, ia juga cakap bicara politik dan peristiwa terkini. Dalam usia 90-an tahun, ia masih menerima sejumlah pemimpin dunia di rumahnya yang bergaya kolonial di Hanoi.
Meski secara luas dihormati di Vietnam, Giap adalah musuh bagi jutaan rakyat Vietnam Selatan yang berperang bersama pasukan AS dan melarikan diri dari tanah air mereka setelah perang.
b. Ho Chi Minh
Ho Chi Minh lahir di Vietnam pada tahun 1890 . Ayahnya , Nguyen Sinh Huy adalah seorang guru yang dipekerjakan oleh Perancis.
Dia memiliki reputasi sangat cerdas tetapi keengganan untuk belajar bahasa Perancis mengakibatkan ia kehilangan pekerjaannya. Untuk bertahan hidup. Nguyen Sinh Huy dipaksa untuk melakukan perjalanan di seluruh Vietnam, menawarkan jasanya kepada para petani . Hal ini biasanya melibatkan menulis surat dan memberikan perawatan medis.
Meskipun ia menolak untuk belajar bahasa Perancis, Nguyen memutuskan untuk mengirim Ho bersekolah di Perancis. Dia sekarang berpendapat bahwa hal itu akan membantu dia mempersiapkan diri untuk perjuangan yang akan datang melawan Prancis.
Sebagai seorang nasionalis, Nguyen mengajari anak-anaknya untuk melawan pemerintahan Perancis. Tidak mengherankan, mereka semua tumbuh berkomitmen nasionalis dan bersedia untuk memperjuangkan kemerdekaan Vietnam.
Adik Ho Chi Minh yang berkerja di Angkatan Darat Perancis, menggunakan posisi ini untuk mencuri senjata dan berharap suatu hari semua senjata itu akan digunakan untuk mengusir tentara Perancis dari Vietnam. Setelah aksinya diketahui, akhirnya ia ditangkap dan dijatuhi hukuman penjara seumur hidup.
Setelah studinya yang singkat, akhirnya ia pun menjadi seorang guru sekolah. Setelah itu dia memutuskan untuk menjadi pelaut. Ini memungkinkannya untuk melakukan perjalanan ke berbagai negara. Termasuk ke beberapa negara yang merupakan bagian dari Kekaisaran Perancis. Selagi melakukannya, akhirnya Ho tahu bahwa Vietnam bukan satu-satunya orang yang menderita eksploitasi.
Ho akhirnya menetap di Paris pada tahun 1917 . Di sini ia membaca buku-buku oleh Karl Marx dan penulis sayap kiri lainnya dan akhirnya ia menjadi seorang komunisme . Ketika pada bulan Desember, 1920 Partai Komunis Perancis dibentuk . Ho menjadi salah satu anggota pendirinya. Ho, seperti anggota Partai Komunis Perancis lainnya, telah terinspirasi oleh Revolusi Rusia. Pada tahun 1924 , ia mengunjungi Uni Soviet.
Selama tinggal di Moskow, Ho menulis kepada seorang teman bahwa itu adalah tugas semua komunis untuk kembali ke negara mereka sendiri untuk : "melakukan kontak dengan rakyat untuk membangkitkan, mengatur, bersatu dan melatih mereka, dan memimpin mereka untuk memperjuangkan kebebasan dan kemerdekaan."
Namun, Ho menyadari bahwa jika ia kembali ke Vietnam ia berada dalam ancaman tahanan oleh otoritas Perancis. Karena itu ia memutuskan untuk pergi dan hidup di Cina, dekat dengan perbatasan Vietnam.
13. Pendapat Orang Amerika Tentang Perang Vietnam
Empat puluh tahun sudah lewat, tapi, kekalahan dalam perang Vietnam tetap merupakan obsesi bagi banyak orang Amerika Serikat. Mengapa satu negara adi kuasa tentang ekonomi dan militer papan atas di dunia tidak bisa menaklukkan satu negara Vietnam yang kecil, miskin dan baru saja mengalami perang perlawanan jangka panjang untuk menentang Kolonialis Perancis? Banyak alasan telah dikeluarkan, tapi ada satu faktor yang tidak bisa tidak disebut oleh orang Amerika Serikat ialah semangat perjuangan demi kemerdekaan yang dilakukan oleh rakyat Vietnam.
|
Tank Pasukan Pembebasan masuk Istana Doc Lap |
Orang Amerika Serikat telah memandang perang Vietnam sebagai satu tonggak besar dalam sejarah Amerika Serikat, yang merupakan satu langkah titik balik yang mengubah hubungan antara warga Amerika Serikat dengan Pemerintah Amerika Serikat maupun pandangan orang Amerika Serikat tentang Perang Dingin yang pernah dianggap sebagai sebab utama yang membuat Amerika Serikat melakukan intervensi di Vietnam.
• Kekalahan yang menimbulkan perdebatan di internal Amerika Serikat
Profesor Spector, orang yang telah melakukan penelitian dan pengajaran sejarah militer Amerika Serikat di Universitas George Washington selama puluhan tahun memberitahukan bahwa kekalahan Amerika Serikat dalam perang Vietnam tetap merupakan masalah yang menimbulkan perdebatan yang keras dalam internal Amerika Serikat.
Dia mengatakan: “Ada orang yang menyatakan bahwa Amerika Serikat tidak kalah di Vietnam, melainkan Presiden Amerika Serikat Nixon hanya menarik pasukannya dan meninggalkan perang dalam menghadapi tekanan dan ketidak-sabaran rakyat dan Kongres Amerika Serikat. Ada orang yang menilai bahwa kekalahan Amerika Serikat karena kekuasaan boneka Republik Vietnam telah tidak mendapat dukungan yang luas dari kalangan rakyat karena situasi korupsi dan aktivitas yang kurang efektif, bahkan orang-orang anti komunis di Vietnam Selatan juga tidak bisa bersatu dalam tindakan”.
Pernah ikut berperang di Vietnam sebelum beralih profesi dan melakukan penelitian sejarah, profesor Spector langsung menghadapi orang-orang di sebelah garis pertempuran yang memintanya untuk mengeluarkan penjelasan-penjelasan tentang kekalahan yang diderita oleh Amerika Serikat.
“Banyak orang dalam Pemerintah maupun kalangan pers Amerika Serikat berharap supaya intervensi yang dilakukan oleh pasukan tentara Amerika Serikat di Vietnam Selatan akan mendatangkan satu kemenangan yang kilat atau sedikit-dikitnya ialah bisa memaksa tentara Vietnam Utara harus mundur. Akan tetapi, pihak Amerika Serikat telah memberikan penilaian rendah terhadap Vietnam. Menteri Pertahanan Amerika Serikat, Mc. Namara pada waktu itu pernah menyatakan bahwa kalau kita membuat pihak lawan melihat bahwa mereka tidak bisa mencapai kemenangan, maka mereka akan meninggalkannya. Akan tetapi, Vietnam Utara tidak meninggalkannya. Saya berpendapat bahwa Sekretaris Jenderal Komite Sentral Partai Komunis Vietnam Le Duan dan Polit Biro Komite Sentral Partai Komunis Vietnam pada waktu itu menilai bahwa ketika Amerika Serikat melihat tekad tempur Vietnam Utara, maka mereka akan putus asa. Dan benar, pihak Amerika Serikat telah putus asa”.
• Vietnam hanya bertempur demi kemerdekaan dan kebebasan
Serdadu-serdadu Amerika Serikat yang langsung ikut berperang adalah orang-orang yang mengerti dari pada siapapun tentang peperangan dan tentang lawannya. Mantan Kolonel Amerika Serikat, Andres Sauvegeot telah berada di Vietnam selama 9 tahun pada masa peperangan selaku penasehat kekuasaan boneka Republik Vietnam. Sebagai seorang serdadu profesional, dia telah datang ke Vietnam atas perintah atasannya.
Dia mengatakan: “Sebelum berangkat ke Vietnam, saya tidak tahu apa-apa tentang sejarah Vietnam, tidak pernah tahu bahwa Vietnam adalah korban dari agresi-agresi yang dilakukan oleh Tiongkok, Perancis, Jepang, lalu Amerika Serikat. Vietnam hanya bertempur demi kemerdekaan dan kebebasan. Itulah kebenaran”.
Setelah waktu masa-masa menjelajahi banyak daerah dan kontak dengan penduduk-penduduk Vietnam, diantaranya tidak sedikit pejuang revolusioner, mengerti tentang sejarah, kebudayaan dan tradisi Vietnam, Andres mengetahui bahwa ini merupakan perang dimana Amerika Serikat tidak bisa menang.
Dia melanjutkan: “Saya tahu pasti bahwa kami akan kalah. Sebenar-nya, Presiden Nixon harus menarik pasukan-nya dari Vietnam lebih cepat lagi. Perancis atau Amerika Serikat harus melakukan perang ekspedisi, sedangkan orang Vietnam bertempur di negeri mereka sendiri demi kemerdekaan dan kebebasan bangsa-nya. Ini merupakan perbedaan, terutama ketika Vietnam mempunyai para pahlawan yang mencintai perdamaian dan membenci perang, tapi kalau diagresi, meskipun siapapun musuh itu, akhir-nya semua musuh mengalami kekalahan. Kalau lahir di Vietnam, saya juga memihak revolusi, tidak akan menerima aggressor apa pun”.
• Amerika Serikat akan tidak bisa menang
Penarikan pasukan Amerika Serikat dari Vietnam juga mendapat sumbangan tidak kecil dari para para wartawan perang internasional, terutama para wartawan Amerika Serikat. Dengan artikel-artikel dan gambaran-gambaran yang jujur tentang medan perang, mereka telah membantu rakyat Amerika Serikat dan komunitas internasional mengerti lebih jelas tentang watak perang di Vietnam, menciptakan tekanan terhadap opini umum sehingga memaksa Amerika Serikat menghentikan eskalasi peperangan.
David Lamb, seorang wartawan perang dari Kantor Berita Amerika Serikat, “UPI” memberitahukan: “Sebelum datang di Vietnam, secara umum, saya mendukung perang dan beranggapan bahwa itu merupakan hal yang perlu dilakukan Amerika Serikat, yaitu melawan Komunisme. Tapi dalam waktu dua tahun tinggal di Vietnam, pandangan saya telah sepenuhnya terbalikkan. Saya menyadari bahwa ini merupakan satu perang di mana Amerika Serikat tidak bisa menang, perang yang seharusnya Amerika Serikat jangan berpartisipasi”.
Berada di semua medan perang di Vietnam dari tahun 1968-1970, kemudian kembali ke Vietnam pada hari-hari akhir bulan April tahun 1975 untuk meliput berita tentang runtuh-nya Pemerintah boneka Vietnam Republik, wartawan David Lamb telah mendapat cukup pengalaman-nyata untuk bisa memahami penyebab mengapa orang Amerika Serikat kalah.
Dia mengatakan:“Salah satu diantara kesalahan-kesalahan kami yang paling besar ialah tidak mengerti orang Vietnam, tidak memahami ketekunan, kegagah-beranian, nasionalisme dan kemampuan tempur, sejarah, kebudayaan dan bahasa orang Vietnam. Terhadap menang-kalahnya perang, penyebab-nya ialah kurang pengertian yang dapat mematikan manusia. Saya berharap supaya orang Amerika Serikat telah bisa menarik pelajaran pengalaman dari perang Vietnam”.
Semua pandangan dan cara melihat orang Amerika Serikat tentang perang di Vietnam pada saat Vietnam memperingati ultah ke-40 pembebasan total Vietnam Selatan dan penyatuan Tanah Air kian memperjelas nilai dari peperangan yang bersejarah ini
14. Pasca Perang Vietnam
• Vietnam
Konflik panjang telah mempengaruhi mayoritas besar dari penduduk negara itu; dalam delapan tahun perang, diperkirakan 2 juta Vietnam meninggal, sementara 3 juta terluka dan lain 12 juta menjadi pengungsi. Perang telah menghancurkan infrastruktur dan perekonomian negara, dan rekonstruksi berjalan perlahan. Pada tahun 1976, Vietnam disatukan sebagai Republik Sosialis Vietnam, meskipun kekerasan sporadis terus selama 15 tahun ke depan, termasuk konflik dengan negara tetangga China dan Kamboja. Di bawah kebijakan pasar bebas yang luas diberlakukan pada tahun 1986, perekonomian mulai membaik, didorong oleh pendapatan ekspor minyak dan masuknya modal asing. Perdagangan dan hubungan diplomatik antara Vietnam dan AS kembali pada 1990-an.
• Amerika Serikat
Di Amerika Serikat, efek dari Perang Vietnam membutuhkan waktu lama setelah pasukan terakhir kembali ke rumah pada tahun 1973. Negara menghabiskan lebih dari $ 120.000.000.000 pada konflik di Vietnam 1965-1973; belanja besar-besaran ini menyebabkan inflasi luas, diperburuk oleh krisis minyak dunia pada tahun 1973 dan melonjaknya harga BBM. Secara psikologis, efeknya sangat terasa dalam. Perang telah menembus mitos tak terkalahkan Amerika, dan telah pahit bagi Amerika. Banyak veteran yang kembali menghadapi reaksi negatif dari kedua lawan perang (yang melihat mereka sebagai telah membunuh warga sipil tak berdosa) dan pendukungnya (yang melihat mereka sebagai yang telah kalah perang), bersama dengan kerusakan fisik termasuk dampak dari paparan herbisida kimia berbahaya Agen Oranye, jutaan galon yang telah dibuang oleh pesawat AS pada hutan lebat Vietnam. Pada tahun 1982, Vietnam Veterans Memorial diresmikan di Washington, DC Di atasnya yang tertulis nama-nama 57.939 angkatan bersenjata Amerika tewas atau hilang selama perang; Yang kemudian membawa sisanya yang jumlahnya itu 58.200.
15. Pro dan Kontra Perang Vietnam
Setelah perang berakhir, warga Amerika bertanya-tanya, mengapa mereka menemui kekalahan. Banyak yang merasa bahwa Amerika seharusnya tidak melancarkan perang itu. Mereka berpendapat, rakyat Vietnam menjadi korban putusan dan kebijakan Amerika yang keliru. Yang lain berpendapat, perang Vietnam tidak dilakukan dengan cukup kuat. Menurut mereka, Amerika akan menang kalau warganya mendukung tentara, atau kalau Pentagon tidak dikungkung berbagai pembatasan dalam menjalankan operasinya di Vietnam.
Selama seperempat abad terakhir, perdebatan tingkat rendah berlangsung antara mereka yang ikut perang di Vietnam dan yang tidak, antara yang berpendapat bahwa Perang Vietnam dapat dibenarkan dan yang menganggapnya sebagai misi keliru yang mustahil dilaksanakan.
Banyak veteran Perang Vietnam masih menderita sampai sekarang. Banyak di antara mereka yang terekspos pada Agent Orange, bahan kimia perontok daun, yang membuat mereka sakit. Sekitar 240 ribu orang veteran perang, sebagian besar dari Vietnam, menjadi tunawisma. Vietnam sendiri masih menderita dari sisa sisa perang. 35 persen lahan pertanian di Vietnam Tengah tidak dapat ditanami karena sisa sisa mesiu yang belum meledak. Lebih dari satu juta hektar hutan dan lahan pertanian menjadi tandus karena Agent Orange. Banyak warga Vietnam yang juga menderita karena bahan kimia itu.
Karena Perang Vietnam, Amerika dijuluki sebagai ‘macan kertas’. Ini sering disebut sebagai ‘Sindrom Vietnam’, yaitu keengganan untuk maju ke medan tempur. Apakah perdebatan antara John Kerry dan George W Bush mengenai Perang Vietnam berarti bahwa secara kejiwaan warga Amerika berkeberatan mengirim prajurit ke medan perang? Ternyata tidak. John Kerry memberikan suara setuju dalam pemungutan suara Senat mengenai perang Irak yang diprakarsai Presiden Bush. Jelas bahwa keduanya tidak berpendapat bahwa Amerika adalah ‘macan kertas’. Perdebatan antara Bush dan Kerry mengenai Vietnam terfokus pada satu isu sempit, yaitu karakter John Kerry: Apakah ia seseorang yang memang gagah berani di medan perang, atau ia hanya melebih lebihkan prestasinya di Vietnam dengan tujuan politis?
Wartawan Associated Press belum lama ini mengunjungi wilayah di Vietnam, di mana dulu John Kerry bertugas dalam masa perang. Wartawan itu mewawancarai seorang bekas pejuang Vietnam yang belum pernah mendengar nama John Kerry. Orang itu membanggakan pertumbuhan ekonomi Vietnam sejak tahun 1975 seperti saluran saluran irigasi yang lebih lebar, tambak tambak udang, kafe, toko, pasar sayur dan pasar buah terapung dan lain lain. Ia heran mendengar timbulnya kontroversi berpuluh puluh tahun sejak berakhirnya perang Vietnam. Ia mengatakan, “Ini politik Amerika!”
16. Fakta-Fakta Dibalik Perang Vietnam
- Lebih dari 2 juta rakyat sipil Vietnam terbunuh. Kemudian diperkirakan 1 juta pejuang Vietnam gugur dalam perang tersebut. (Nick Turse, penulis buku “Kill Anything That Moves”)
- Lebih dari 2,6 juta tentara AS diterjunkan dalam perang tersebut, dimana 58.000 diantaranya tewas di medan peperangan. (Kementerian Pertahanan Amerika Serikat)
- Pesawat militer AS menurunkan antara 5 juta hingga 7,8 juta peralatan perang selama perang Vietnam (Hasil penelitian Kongres AS tahun 2014)
- Jumlah amunisi yang ditembakkan per tentara selama perang Vietnam adalah 26 kali lebih banyak dibanding selama perang dunia ke-2 (Nick Turse, penulis buku “Kill Anything That Moves”)
- Diperkirakan ada 800.000 ton senjata atau amunisi yang tidak meledak, atau disebut juga unexploded ordnance (UXO), yang tersisa dari perang Vietnam, termasuk bom dan ranjau darat, yang tersebar di hampir 20 persen wilayah negeri itu dan 5 persen diantaranya adalah daerah/lahan subur. Rakyat Vietnam menjadi korban dari UXO ini sejak berakhirnya perang, termasuk korban meninggal yang diperkirakan mencapai 35.000 orang. (Hasil penelitian Kongres AS di tahun 2014)
- Biaya perang Vietnam mencapai 173 milyar US dollar, atau setara dengan 730 milyar US dollar untuk nilai dollar di tahun 2013. (Departemen Pertahanan AS)
- Militer AS menyemprotkan sekitar 11-12 juta galon senjata kimia, agent of orange, di hampir 10 persen wilayah Vietnam Utara sepanjang tahun 1961 hingga 1971. Sebuah penelitian ilmiah menunjukkan bahwa antara 2,1 juta jiwa hingga 4,8 juta jiwa rakyat Vietnam terkena dampak secara langsung oleh senjata kimia tersebut, yang menyebabkan kanker pernapasan dan cacat kelahiran. (Hasil penelitian Kongres AS tahun 2014)
- Secara moral, Amerika dan Vietnam Selatan sudah kalah pada tahun 1968. Pada januari 1968 vietnam utara menyerang saigon dengan tet offensive nya. Penyerangan ini sangat mengguncang kepercayaan diri amerika karena ternyata musuh yang diremehkan itu bisa melakukan penyerangan yang sedemikian hebatnya.
- Untuk memotivasi pasukannya agar membunuh lebih banyak per orang, diadakan kompetisi antara unit/kesatuan untuk melihat yang paling banyak membunuh. Hadiah untuk pembunuh terbanyak, ditampilkan di ‘papan pengumuman’, termasuk di beri hari libur dan tambahan bir. Sementara komandan mereka akan mendapat promosi kenaikan pangkat dengan cepat. (Nick Turse, penulis buku “Kill Anything That Moves”, yang menulis untuk BBC)
- Setelah kekalahan militer AS di perang Vietnam, AS tidak menyerang negara lain hingga serangan militer terhadap Grenada di tahun 1983.Che Guevara, yang terinspirasi oleh perlawanan nasional rakyat Vietnam, mengeluarkan seruannya yang terkenal: “ciptakan satu, dua..banyak Vietnam,” sebagai cara untuk melemahkan kekuatan militer AS.
- Pada 26 September 1945, Lt. Col. A. Peter Dewey seorang pegawai OSS ditembak mati oleh Viet Minh, menjadikan beliau anggota tentara pertama terbunuh di Vietnam.
- Beberapa pimpinan gerilyawan Vietkong mengatakan bahwa mereka membaca buku “Pokok-Pokok Perang Gerilya” karangan Jendral AH Nasution dan menjadikannya pedoman mereka dalam menetapkan strategi. Nasution adalah salah seorang dari 3 Jenderal Besar bintang 5 di Indonesia.
- Menurut sebuah survei yang dilakukan oleh Administrasi Veteran, sekitar 500.000 dari 3 juta tentara yang bertugas di Vietnam menderita gangguan stres pasca-trauma, dan tingkat perceraian, bunuh diri, alkoholisme dan kecanduan obat yang nyata lebih tinggi di antara veteran.
- Dibom bardir oleh gambar mengerikan dari perang yang terjadi di Vietnam di televisi mereka, Amerika berbalik melawan perang: Pada bulan Oktober tahun 1967, sekitar 35.000 demonstran melakukan protes anti perang massa di luar Pentagon. Penentang perang berpendapat bahwa warga sipil yang menjadi korban bukanlah seorang musuh utama, dan bahwa Amerika Serikat telah mendukung kediktatoran korup di Saigon.
17. Mitos/Kebohongan Perang Vietnam
Hanyalah Amerika dan Vietnam Yang Terlibat dalam Perang Vietnam?
Sebenarnya ini adalah perang antara Vietnam Selatan dan pihak komunis Vietnam Utara. Meski kuat kaitannya dengan Amerika, kenyataannya banyak pihak yang juga terlibat dalam perang ini termasuk Australia, Selandia Baru, Thailand, Taiwan, Filipina, dan Korea Selatan. Dan bantuan untuk pihak komunis datang dari Cina, Uni Soviet, dan Korea Utara.
Perang Hanya Berlangsung di Vietnam?
Namanya saja Perang Vietnam, sudah pasti kejadiannya hanya berlangsung di Vietnam. Salah. Negara tetangga seperti Laos dan Kamboja turut menjadi korban perang ini. Bahkan banyak dari bom Amerika/Vietnam jatuh di negara tersebut dan efeknya masih sampai hari ini. Laos sebenarnya adalah negara yang paling banyak di bom sepanjang sejarah. Kamboja juga tidak lebih baik karena diserbu beberapa kali oleh Amerika dan Vietnam Selatan.
Amerika Tidak Pernah Kalah di Vietnam
Ada sebuah kutipan terkenal antara seorang jenderal Amerika dan Vietnam Utara. Setelah perang berakhir, jenderal AS Harry Summers berkata, “Kamu (Vietnam) tidak pernah mengalahkan kita di medan perang”, yang lalu dibalas oleh pihak Vietnam, “Mungkin saja begitu, namun itu tidak penting”. Pernyataan tersebut melahirkan sebuah legenda yang mengatakan bahwa Amerika tidak pernah kalah dan menyerah sekalipun di Vietnam. Sebenarnya, pihak komunis telah menang beberapa kali dan yang paling terkenal adalah pertempuran Fire Base Ripcord, dimana Amerika mampu menutup-nutupinya selama bertahun-tahun.
Perang Vietnam Adalah Perang Gerilya Dengan Persenjataan Komunis Yang Minim?
Untuk yang satu ini mungkin Anda sering lihat di film-film Hollywood. Tentara Amerika dilengkapi oleh peralatan canggih dan persenjataan yang hebat, sementara pihak Vietnam Utara hanya bermodalkan perangkap, memakai bandanna dan menggenggam AK-47. Pihak komunis memang menggunakan taktik gerilya, namun bukan berarti mereka tidak terlatih atau tidak memiliki persenjataan yang memadai. Uni Soviet mengirim tank, senjata anti-pesawat, dan artileri berat untuk pihak Vietnam Utara. Dan perangnya sendiri juga tidak hanya terjadi di hutan, lama-kelamaan perang menjadi lebih terbuka dan berubah menjadi pertempuran luar biasa yang melibatkan tank dan artileri antara kedua belah pihak.
Veteran Perang Vietnam Diludahi di Negaranya Sendiri?
Dalam kasus ini, para demonstran anti-perang dan pengunjuk rasa menunggu di bandara sampai para veteran perang mendarat hanya untuk meludahi mereka. Sungguh mengenaskan, para tentara yang kecapaian dan berjuang untuk negaranya malah diludahi di negara mereka sendiri. Tapi jangan emosi dulu, tidak pernah ada laporan bahwa kejadian seperti ini pernah terjadi. Sepertinya ini hanya cerita yang dibuat-buat sebagai bentuk unjuk rasa saja. Lagipula, penerbangan militer tidak mendarat di bandara sipil, melainkan di pangkalan militer.
Kebanyakan Dari Tentara Amerika Berasal Dari Wajib Militer?
Tentara Amerika bukanlah sepenuhnya berasal dari pemuda-pemudi yang wajib militer. Sebagian besar kira-kira dua pertiga dari jumlah tentara berasal dari sukarelawan, alias orang-orang yang secara sukarela mendaftarkan dirinya sendiri untuk dikirim ke Vietnam. Sekitar 70% korban jiwa berasal dari para sukarelawan ini.
Tidak Ada Efek Domino?
Maksud dari kalimat ini adalah sebagai berikut: jika komunis menang, maka tidak ada efek atau hubungannya dengan negara-negara lain. Sebenarnya negara ASEAN seperti Filipina, Indonesia, Malaysia, Singapura dan Thailand tidak menjadi negara komunis karena Amerika memenangkan perang ini. Indonesia mempu melempar Uni Soviet keluar pada tahun 1966 juga karena kemenangan Amerika di Vietnam.
Perang Vietnam Tidak Sehebat Perang Dunia II
Rata-rata prajurit infanteri Perang Dunia II hanya terlibat perang secara langsung selama 40 hari dalam kurun waktu 4 tahun. Bandingkan dengan prajurit Perang Vietnam yang bertempur selama 240 hari dalam waktu 1 tahun saja. Satu dari sepuluh prajurit Amerika tewas dengan total korban jiwa dari pihak Amerika berjumlah 58.148 orang. Persentasi prajurit yang diamputasi dan cacat juga 300% lebih tinggi dari Perang Dunia II. Total seluruh korban jiwa dari semua pihak mencapai angka 1.5 juta sampai 3.6 juta orang.
18. Beberapa Cerita Tambahan Perang Vietnam
29 April 1965, ratusan ribu warga Vietnam Selatan yang panik memenuhi Pangkalan Udara Tan Son Nhut. Mereka berharap ada keajaiban yang bisa membawa mereka keluar dari Saigon yang bakal segera dikuasai komunis. Tentara Vietcong mulai memasuki kota. Tinggal hitungan menit sebelum pangkalan udara Tan Son Nhut juga menyusul jatuh.
Serangan Artileri Vietcong yang gencar berhari-hari sudah merusak lebih dari 100 pesawat Vietnam Selatan. Di saat terakhir, hanya ada sebuah pesawat angkut C-130 Hercules yang tersisa.
Kisah ini dituliskan mantan Kepala Staf TNI AU Marsekal Chappy Hakim dalam buku Pelangi Dirgantara dan diterbitkan Penerbit Buku Kompas Tahun 2010. Saat itu Hercules yang sedang melaju di landasan pacu tiba-tiba berhenti di depan Kolonel Doan Van De, Komandan Wing Pemeliharaan dan Pembekalan ke-50 Angkatan Udara Republik Vietnam.
Pilot Hercules, Mayor Duong melambaikan tangan mengajak sang Kolonel ikut naik. Kolonel De tersadar, inilah pesawat terakhir yang akan meninggalkan Than Son Nut. Tak ada lagi pesawat apa pun setelah ini. Than Son Nut sudah tamat dan Mayor Duong sengaja menghentikan pesawat untuk mengajak sahabatnya ikut.
Kolonel De berlari masuk ke pesawat. Dia sangat terkejut melihat pesawat tersebut luar biasa sesak. Kolonel De sempat menghitung penumpang di kabin pesawat angkut itu. Dia tak percaya dengan hitungannya: 452 orang!
Dengan susah payah Kolonel De mencapai kokpit. Area kokpit saja sudah disesaki oleh 31 orang. Namun ada masalah lain, tak ada copilot yang bisa membantu Mayor Duong menerbangkan pesawat. Kembali Kolonel De bergerak ke arah kerumunan di kabin. Dia berhasil menemukan seorang penerbang C-7 yang sanggup jadi copilot.
Pesawat bertubuh gendut itu mulai melaju di lintasan, siap tinggal landas. Kolonel De menarik napas cemas. Pesawat sudah melewati tanda 9.000 kaki. Panjang landasan cuma 10.000 kaki ditambah 1000 kaki untuk over run. Sementara Hercules ini kelebihan muatan sekitar 10.000 kg alias 10 ton dari muatan yang dipebolehkan oleh buku manual. Bagaimana jika pesawat tak bisa terbang karena terlalu berat?
Lewat di ujung 10.000 kaki, pesawat belum juga mau naik. Kini harapan terakhir tinggal 1.000 kaki over run runway yang biasa hanya digunakan untuk keadaan darurat. Kolonel De menarik napas lagi.
"Tepat di ujung landasan, Mayor Duong dengan percaya diri menarik control wheel. Pesawat berhasil lepas landas. Pesawat perlahan bergerak naik dengan setengah merayap namun pasti membawa lepas dari in ground effect ke climbing atutude," kata Kolonel De.
Setelah lepas landas, bukan berarti masalah selesai. Mayor Duong ternyata tak punya peta. Dia terpaksa mengarahkan pesawatnya dengan mengira-ngira. Tujuannya Pangkalan Udara Utapao Thailand yang jaraknya 400 mil laut dari Tan Son Nhut. Diperkirakan waktu tempuh sekitar 1 jam 20 menit.
Namun setelah satu setengah jam terbang, Mayor Duong baru sadar posisi mereka keliru. Saat itu juga copilot baru sadar dia mengantongi sebuah peta kumal dalam pakaian terbangnya. Dengan peta yang sudah kumal itu dua penerbang melakukan navigasi ulang. Mereka memutar arah 180 derajat. Akhirnya setelah 3 jam 30 menit, pesawat bisa mendarat di Utapao, Thailand.
Setelah pesawat diparkir dengan mulus, Kolonel De yang penasaran kembali menghitung jumlah penumpang. Hitungan awalnya tidak salah. Jumlahnya benar 452 penumpang!
Mayor Robert Kenny, seorang perwira AU AS juga tak percaya pada pemandangan yang dilihatnya. Dia menggambarkan saat pintu pesawat dibuka, ratusan orang berjalan keluar persis seperti pemandangan tahanan Nazi di Kamp Konsentrasi Perang Dunia II. Dia bersyukur pesawat yang penuh sesak itu bisa mendarat tepat waktu.
"Saya pikir jika penerbangan memakan waktu sedikit saja lebih lama, banyak yang tak akan bisa selamat," kata Mayor Kenny.
Sebagian besar pengungsi Perang Vietnam tersebut kemudian tinggal di AS. Sebuah pesawat Hercules dan kepahlawanan Mayor Duong menyelamatkan hidup 452 orang itu.
Saat berperang dengan Vietnam (Viet Cong), tentara Amerika melakukan banyak cara agar bisa menang. Sampai-sampai menggunakan taktik mengejutkan yang tidak masuk akal, seperti menerjunkan gajah-gajah dengan parasut.
Diambilnya taktik seperti itu, bermula saat Kapten Cahill yang sudah pensiun, ditugaskan untuk mendekati penduduk lokal di suatu desa. Pendekatan itu bertujuan untuk mencari tahu penyelundupan senjata kepada tentara Viet Cong.
Rekannya, Kapten Doyle memulai misi itu dengan buruk. Dia membagikan snack Amerika kepada anak-anak di sana yang berakibat membahayakan dirinya dan juga penduduk desa. Bungkus snack tersebut ditemukan oleh tentara Viet Cong. Marah dan menganggap warga desa bersekutu dengan Amerika, tentara Viet Chong kemudian membunuh gajah-gajah untuk ritual di desa.
Merasa bertanggung jawab, dua agen Amerika ini berjanji akan mengganti gajah-gajah warga desa. Namun misi ini ternyata tidak mudah dilakukan. Sebelumnya, para tentara memastikan bahwa jalur pengiriman gajah-gajah baru aman dari Viet Cong.
Di tengah jalan, tiba-tiba mereka mendapat informasi, tentara Viet Cong mendekat. Tanpa pikir panjang, gajah-gajah tersebut dinaikkan ke truk-truk, diseberangkan ke sungai, hingga dinaikkan ke pesawat dan diterjunkan dengan parasut.
Satu gajah tersangkut di pohon, sementara sisanya mendarat dengan selamat. Misi ini berhasil dan warga desa mendaratkan gajah untuk upacara ritual mereka kembali. Operasi militer ini dikenal dengan Operation Dumbo Drop.
Di tahun 1995, Disney Pictures menjadikan cerita operasi militer ini sebagai film komedi untuk anak-anak. Meskipun saat dirilis film ini banyak menuai kritik karena banyak adegan kekerasan di dalamnya.
Salah satu kunci kemenangan gerilyawan Vietcong melawan tentara Amerika Serikat selama perang Vietnam adalah sistem terowongan bawah tanah sepanjang ratusan kilometer. Dari terowongan itu tentara vietcong bergerak, merancang perlawanan hingga bertahan dari serangan bom tentara AS.
Jaringan terowongan bawah tanah itu dibuat sedemikian kecil hingga tentara AS yang memiliki postur tubuh besar tak bisa masuk. Di sekeliling pintu masuk terowongan biasanya dipasang aneka ranjau mematikan dari bambu.
Untuk mengelabui anjing-anjing milik tentara AS, para gerilyawan biasanya mencampur tanah di mulut terowongan dengan merica. Bau merica yang tajam membuat anjing-anjing pelacak kehilangan daya penciuman. Ratusan kali AS mencoba menghancurkan terowongan tersebut. Namun selalu gagal.
"Mereka pernah memompa jutaan galon air dari sungai mekong lalu dialirkan ke terowongan. Namun tak masalah, karena terowongan Cu Chi punya tiga tingkat. Air dialirkan melalui tingkat yang paling bawah kembali ke Sungai Mekong. Malah air membuat udara terowongan yang panas menjadi lebih sejuk. Dalam hal ini kami harus mengucapkan terima kasih pada Amerika," kata Taw, seorang pemandu wisata di Cu Chi Tunnels pada merdeka.com saat berkunjung ke Vietnam beberapa waktu lalu.
Beberapa waktu kemudian, AS menyemprotkan gas beracun untuk membunuh gerilyawan dalam terowongan. Dengan cara yang sama, serangan itu bisa dimentalkan. Serangan paling mengerikan yang dilakukan AS kemudian membuang ribuan ular berbisa dan kalajengking ke dalam terowongan. Tentara AS yakin binatang berbisa ini akan membunuh banyak gerilyawan.
Namun yang terjadi sebaliknya. Ular-ular itu malah jadi santapan bagi tentara Vietcong. Para gerilyawan Vietcong dikenal hebat menangkap ular dengan tangan kosong. Mereka malah memburu ular kiriman AS itu untuk dimakan.
"Selama di dalam terowongan, makanan sangat terbatas, banyak gerilyawan kurang gizi. Ular dan kalajengking itu malah jadi makanan lezat dan menambah gizi kami. Sekali lagi kami harus ucapkan terima kasih pada tentara Amerika," kata Taw sambil tertawa.
Perang Vietnam menjadi perang paling berdarah yang dialami serdadu Amerika Serikat (AS) setelah Perang Dunia Kedua. Perang ini telah memakan korban meninggal dunia dari tentara AS sebanyak 58.303 orang, dan melukai 303.644 lainnya.
Dari sejumlah kisah yang pernah dibuat dalam layar lebar, namun belum banyak yang mengetahui perjuangan seorang pilot tempur AS pada perang yang berlangsung pada 19621973 ini. Yakni, kisah penyelamatan Kapten Bob Pardo dan rekannya Letnan Satu Steve Wayne terhadap pesawat tempur lain yang dipiloti Kapten Earl Aman.
Peristiwa ini berlangsung pada 10 Maret 1967. Ketika itu, Pardo dan Aman ditugaskan untuk melakukan pengeboman di sebuah lokasi yang disinyalir penuh dengan tentara Viet Cong. Mereka lantas terbang menuju tempat yang ditentukan.
|
Pesawat jet tempur F4 |
Belum sempat melepas bom, ternyata seluruh pesawat dihujani tembakan meriam anti-pesawat udara. Dari seluruh jet tempur F4 Phantom, pesawat yang dipiloti Aman mengalami kerusakan paling parah, tanki dan membuatnya kehilangan bahan bakar.
Kehilangan bahan bakar yang begitu banyak membuat pesawat yang diawaki Aman dan Houghton ini terancam jatuh di lokasi rawan. Tak hanya itu, tidak menutup kemungkinan keduanya tertangkap tentara Viet Cong, apalagi mereka dikenal sadis serta tak segan membunuh maupun menyiksa tawanan perang.
Kondisi tersebut membuat Pardo mengambil langkah berani. Bersama rekannya Wayne, Pardo berusaha menyelamatkan Aman dan Houghton dari ancaman tentara Vietnam Utara. Dia pun mengambil inisiatif dengan mendorong pesawat yang tertembak tersebut dengan pesawat jet yang dioperasikannya.
Pardo ingat di bagian bawah pesawatnya terdapat pengait. Pengait ini biasa dipakai ketika seluruh pesawat mendarat di Kapal Induk, sehingga tidak kebablasan saat melakukan pendaratan. Pardo lantas meminta Aman untuk menurunkan alat pengait tersebut. Setelah itu, pilot tempur kelahiran Waco, Texas ini langsung mendorongnya dengan menggunakan bagian hidung pesawat. Cara ini ternyata lebih ringan dan membuat F4 Phantom rekannya bisa terdorong.
Tak hanya itu, Aman diminta mematikan mesin pesawat dan memercayakan sepenuhnya kepada Pardo. Alhasil, pesawat tersebut tidak menukik tajam akibat berkurangnya kecepatan. Meski begitu, beberapa kali terlepas setiap 15 sampai 30 detik, namun dengan cepat Pardo mengubah posisi pesawatnya.
Di saat bersamaan, pesawat yang dipiloti Pardo ternyata mengalami kebakaran. Kondisi itu membuat upaya penyelamatan semakin sulit, sebab Pardo hanya bisa menggunakan satu dari dua mesin pendorong F4 Phantom selama 10 menit terakhir. Tak hanya itu, bahan bakar yang dimilikinya terus berkurang drastis hingga membuat kecepatan keduanya semakin berkurang.
Selama 10 menit itu pula, Pardo berhasil mendorong F4 Phantom yang dipiloti Aman sepanjang 88 mil, hingga berhasil melalui kawasan udara Laos dengan ketinggian 6.000 kaki. Di sisa dua menit, Pardo dan Aman bersama-sama kedua co-pilotnya keluar dari pesawat, berusaha keras menghindari penangkapan sebelum akhirnya diangkut heli penyelamat.
Namun, kisahnya ini sempat terpendam mengingat pertempuran yang masih berlangsung selama beberapa tahun setelahnya. Baru pada 1989, militer AS meneliti kembali kejadian itu dan mengganjar Pardo dan Wayne dengan menyematkan Silver Star. Penghargaan ini baru diterima dua dekade setelah insiden tersebut berlangsung.
Di antara ratusan ribu pasukan, Carlos Norman Hathcock II menjadi salah satu prajurit yang namanya menjadi legenda selama Perang Vietnam. Bahkan, disebut-sebut namanya bikin tentara Vietnam Utara bergidik ngeri. Sepanjang keterlibatannya, Hathcock telah menghabisi 93 nyawa prajurit Viet Cong.
Berkat kegigihannya di medan tempur, Hathcock diganjar penghargaan berupa medali Silver Star, Medali Pujian Angkatan Laut dan Purple Heart. Selama perang, Hathcock mengandalkan senapan penembak runduk jenis M21.
|
Carlos Norman Hathcock II |
Sebelum bergabung dengan Marinir AS, Hathcock dikenal sebagai sosok yang berprestasi di olahraga menembak. Sejak 10 tahun, lelaki ini telah memenangi berbagai kejuaraan, termasuk kejuaraan menembak Wimbledon pada 1965. Selang setahun setelah merengkuh gelar itu, dia pun dikirim ke Vietnam.
Tiba di negeri yang sangat asing baginya itu, Hathcock ditempatkan sebagai polisi militer. Namun, tugas ini dianggapnya membosankan hingga membuatnya meminta untuk ditugaskan ke medan pertempuran. Permintaan itu pun diluluskan dan ditempatkan sebagai tim pengintai, tugas ini tak juga memuaskan hasratnya.
Setelah mengutarakan keinginannya, salah satu perwira Marinir lantas mempertanyakan keahliannya sebagai penembak runduk, enam bulan setelahnya dia berhasil menembak mati 14 tentara Viet Cong. Hingga akhirnya bergerak penuh bersama rekan-rekannya sesama marinir memburu musuh di hutan belantara. Dalam tugasnya, Hathcock ditemani John Roland Burke dan beroperasi di Bukit 55.
Salah satu momen yang paling terkenal adalah keberhasilannya saat pelurunya menembus teropong senapan. Kejadian ini kemudian ditiru dalam setiap film Hollywood yang mengisahkan perang antar penembak runduk.
Peristiwa ini bermula dari salah satu sniper Viet Cong benama sandi 'Cobra' berhasil menembak mati tujuh orang marinir dan tengah mengincar nyawa Hathcock. Namun, justru Hathcock yang berhasil menemukannya lebih dulu setelah menemukan kilatan cahaya dari teropong senapan musuh.
Kedua sniper ini saling membidik. Hathcock lebih cepat sepersekian detik. Peluru senapannya melesat menembus teropong bidik lawannya. Peluru itu tepat mengenai mata dan membunuh sniper lawannya.
Akibat kemampuannya ini, Tentara Pembebasan Vietnam atau Viet Cong menghargai nyawanya dengan nilai USD 30 ribu. Tentara Viet Cong pun menjulukinya Long Tra'ng du'Kich, atau si Bulu Putih. Memang Hathcock selalu menyelipkan sebuah bulu burung berwarna putih di topi rimbanya. Bulu ini nyaris tak pernah lepas dan menjadi ciri khasnya. Sosoknya menjadi hantu yang menakutkan di belantara Vietnam. Tanpa terlihat sebutir peluru akan tepat bersarang di kepala atau jantung musuhnya.
Keterlibatannya di Perang Vietnam berakhir saat kendaraan amfibinya disergap tentara Viet Cong. Saat itu, dia berhasil meloloskan diri setelah menyelamatkan tujuh rekannya serta mengalami luka bakar hingga 40 persen. Namun, keberaniannya dalam kejadian itu sempat meraih sejumlah pujian meski semua itu ditolaknya mentah-mentah.
Usai perang, Hathcock tak pernah membesar-besarkan perannya tersebut. Dalam sebuah wawancara dengan stasiun televisi, dia menganggap aksinya itu adalah tugas negara.
"Itu semua cuma tugas. Saya adalah Marinir. Apa yang saya lakukan adalah perintah yang disampaikan kepada saya, dan saya melakukan yang terbaik yang saya bisa," ucapnya.
Pria kelahiran Little Rock, Arkansas ini meninggal dunia saat usianya masih 56 tahun pada 22 Februari 1999 lalu. Pangkat terakhir yang disandangnya adalah Sersan. Pemerintah AS mengabadikan julukan bulu putih atau white feather sebagai nama senapan penembak jitu.
19. Foto-Foto Perang Vietnam
1970 - Larry Burrows (paling kiri) berjuang melalui rumput gajah untuk membantu membawa prajurit yang terluka ke sebuah helikopter di Memot, Kamboja. Burrows tewas pada 10 Februari 1971, bersama dengan fotografer yang mengambil gambar ini, Henri Huet, dan dua jurnalis foto lainnya, Kent Potter dari UPIN dan Keisaburo Shimamoto dari Newsweek, ketika helikopter mereka ditembak jatuh di atas Laos
Referensi :
[http://keepo.me/tag/perang-vietnam]
[https://sejarahperang.wordpress.com/2009/08/30/kekalahan-terbersar-as-dalam-sejarahnya/]
[http://wartasejarah.blogspot.co.id/search/label/ASIA]
[http://www.gurusejarah.com/search/label/Sejarah-Dunia/]
[http://www.merdeka.com/peristiwa/operasi-terbesar-terakhir-as-di-vietnam-jelang-kejatuhan-saigon.html]
[http://www.merdeka.com/peristiwa/ini-taktik-perang-vietnam-yang-bikin-tentara-as-prancis-mundur.html]
[http://infosepuluh.blogspot.co.id/2010/02/rahasia-kemenangan-vietnam.html]
[http://selokartojaya.blogspot.co.id/2011/03/pembantaian-my-lai-sisi-lain-kekejaman.html]
[http://sejarah.kompasiana.com/2011/10/23/sejarah-intervensi-as-ada-minyak-di-balik-“perang-perangan”-vietnam-1/]
[http://www.liputan6.com/tag/perang-vietnam]
[http://vovworld.vn/id-ID/Tags/perang-Vietnam-dari-sudut-pandang-orang-Amerika-Serikat.vov]
[http://guslinpustaka.blogspot.co.id/search/label/Sejarah]
[http://www.dunia.orgfree.com/amerika-vs-vietnam.html]
[http://www.berdikarionline.com/tag/perang-vietnam/]
[http://www.artileri.org/2011/12/amerika-kalah-perang-di-vietnam-karena.html]
[http://www.tentik.com/10-kebohongan-dan-mitos-tentang-perang-vietnam/]
[http://www.merdeka.com/tag/p/perang-vietnam/]
[http://www.merdeka.com/peristiwa/kisah-lucu-pasukan-elite-as-terjunkan-gajah-di-vietnam.html/]
[http://www.merdeka.com/peristiwa/Kisah-lucu-Vietcong-lawan-ribuan-ular-berbisa-dari-tentara AS.html]
[http://www.merdeka.com/dunia/kisah-penyelamatan-pesawat-tempur-paling-dramatis-di-perang-vietnam.html]
[http://www.merdeka.com/peristiwa/kisah-si-bulu-putih-hantu-perang-vietnam.html]
[http://zulkhanfarid.blogspot.co.id/2014/03/makalah-hubunganantara-perang-di.html]